BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dakwah
adalah kegiatan sosialisasi dan pelembagaan ajaran Islam serta upaya
peningkatan dan perbaikan kehidupan umat manusia sesuai dengan tuntutan ajaran
Islam, harus ditangani dengan serius dan profesional. Dalam kegiatannya dakwah
harus bertitik tolak dari perubahan sosial dan kondisi objektif kehidupan
masyarakat atau umat. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang medan
dakwah, maka dapat ditempuh melalui penelitian dan pengkajian ulang terhadap
pelaksanaan dan formulasi dakwah yang digunakan dewasa ini. Hal lain yang juga
cukup penting melakukan penelitian dakwah secara periodik dan sejatinya
sebelum kegiatan dakwah dilakukan, telah ada kejelasan tentang peta dakwah.
Peta
dakwah adalah penggambaran secara sistematis dan naratif tentang suatu realitas
sosial di tengah-tengah masyarakat, yang akan dijadikan medan dakwah.
Penggambaran tersebut meliputi situasi sosial, ekonomi, budaya, politik dan
lain sebagainya. Kemudian juga menyangkut sumber daya alam (SDA) dan sumber
daya manusia (SDM) serta penggambaran skala prioritas masalah dakwah yang perlu
segera untuk ditangani. Kelemahan dakwah selama ini, karena belum adanya peta
dakwah yang memberikan gambaran yang objektif terhadap hal-hal yang disebutkan
di atas. Disebabkan hal itu kegiatan dakwah sering mengalami benturan-benturan
yang pada gilirannya menjadi hambatan bagi kemajuan dakwah Islam.
Selain
itu, penelitian dan pemikiran serta gagasan cerdas tidak hanya terfokus pada
objek dakwah, tapi harus menyeluruh terhadap sistem dakwah, yaitu: da‘i, mad‘u,
materi, metode, media dan organisasi dakwah. Selanjutnya pengelola organisasi
dakwah dan da‘i dituntut untuk memahami secara baik tentang kekuatan,
kelemahan, peluang dan
tantangan
dakwah. Dari pemahaman tersebut akan lahir sikap untuk memanfaatkan kekuatan
dan peluang dan dapat menekan dan mengantisipasi terhadap kelemahan dan
tantangan.
Dalam
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dampak globalisasi,
maka pengelola dakwah dan da‘i harus ada keberanian untuk mengkaji ulang
terhadap konsep dan pelaksanaan dakwah dewasa ini. Lebih
jauh dari itu, perlu adanya reformulasi terhadap konsep dakwah yang disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika hal itu tidak
dilakukan, maka dakwah akan tertinggal dari kemajuan sosial masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian Peta Dakwah ?
2.
Bagaimana Pemetaan Letak geografis ?
3.
Bagaimana Pemetaan
Sumber Daya Manusia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peta Dakwah
Peta
secara umum dapat diartikan sebagai gambaran mengenai letak laut, letak gunung
dan sebagainya. Pengertian peta dapat dipahami sebagai berikut:
a.
Peta mempunyai
pengertian Map dalam bahasa Inggris atau dapat diartikan sebagai gambar dari
lingkungan, letak dan batas geografis suatu wilayah yang berbentuk grafis.
b.
Peta mempunyai
pengertian sebagai gambaran mengenai kondisi sosial, ekonomi, politik dan agama
dalam bentuk narasi atau uraian yang didukung oleh angka baik berbentuk tabel
atau data statistik.[1]
Menurut
Kanwil Depag Prop. Jateng menjelaskan peta dakwah adalah suatu gambaran visual
atau uraian yang mengandung berbagai keterangan, informasi, dan data yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun suatu rencana kegiatan dakwah
secara sistematis dan terinci tentang daerah atau batasan geografis. Rangkaian
pelaporan ini merupakan produk dari manajemen dakwah.[2]Sedangkan
menurut MUI, peta dakwah adalah informasi yang lengkap mengenai kondisi
objektif unsur maupun komponen dari sistem dakwah baik raw input, konversi, out
put, feedback, maupun environmental.[3]
Jadi
peta dakwah merupakan deskripsi suatu daerah yang memuat potensi dari berbagai
sudut pandang, digambarkan dengan simbol-simbol tertentu sebagai garapan
manajemen dakwah dalam satu sistem dakwah demi tercapainya citacita dakwah
secara efisien dan efektif.
B.
Pemetaan Letak
Geografis
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Negara ini juga memiliki posisi
geografis yang unik sekaligus menjadikannya strategis. Hal ini dapat dilihat
dari letak Indonesia yang berada di antara dua samudera dan dua benua sekaligus
memiliki perairan yang menjadi salah satu urat nadi perdagangan internasional.
Posisi ini menempatkan Indonesia berbatasan laut dan darat secara langsung
dengan sepuluh negara di kawasan. Keadaan ini menjadikan Indonesia rentan
terhadap sengketa perbatasan dan ancaman keamanan yang menyebabkan instabilitas
dalam negeri dan di kawasan. Letak geografis yaitu letak suatu daerah atau
negara dilihat dari kenyataannya di permukaan bumi dibandingkan dengan posisi
daerah itu pada bola bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Secara
geografis, wilayah Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera,
yaitu benua Asia dengan benua Australia serta samudera Hindia dengan samudera
Pasifik.
Indonesia
memiliki bentang alam atau bentuk permukaan bumi yang ada di daratan
berbeda-beda. Ada yang disebut dataran tinggi, dataran rendah dan pantai.
Daerah-daerah tersebut tentunya dapat diketahui dari letak suatu wilayah,
antara lain sebagai berikut:
1.
Posisi daerah tersebut
terhadap tempat atau daerah lain.
2.
Kehidupan penduduk yang
ada di daerah tersebut.
3.
Latar belakang
sejarah dan pengaruh yang pernah ada atau akan ada terhadap daerah tersebut.
1.
Kaitan
Kondisi Geografis Dengan Kehidupan Penduduk
Kondisi
geografis dan manusia pada dasarnya memiliki hubungan timbal balik. Hubungan
inilah yang mengakibatkan manusia memiliki karakteristik berbeda-beda disetiap
wilayahnya. Aktivitas penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi
geografis terutama kondisi fisiknya. Kondisi geografi fisik tersebut meliputi
kondisi iklim, topografi, jenis dan kualitas tanah, serta kondisi
perairan.Kondisi daratan dengan segala kenampakannya merupakan tempat tinggal
manusia dengan segala aktivitasnya. Mulai dari ketinggian paling rendah yang
terletak di pantai sampai daerah puncak gunung.
Aktivitas
penduduk yang terkait pada kondisi alam dapat diketahui dari corak kehidupan
penduduknya, yakni:
a.
Corak kehidupan di
daerah pantai. Penduduk umumnya bekerja sebagai nelayan,
penjual jasa wisata, sektor perikanan dan perkebunan
kelapa.
b.
Corak kehidupan di
daerah dataran rendah. Penduduk biasanya bekerja pada
sektor pertanian, ladang dan bentuk pertanian lain. Selain
itu sektor-sektor lain biasanya lebih cepat berkembang seperti
transportasi, industri, dan perdagangan.
c.
Corak kehidupan daerah
dataran tinggi. Penduduk di daerah ini umumnya bekerja
dalam sektor pertanian terutama perladangan.
2.
Masalah
Kondisi Geografis Wilayah Dan Kependudukan
Masalah
yang timbul dalam kondisi geografis dan kependudukan ada berbagai macam. Ada
yang di sebabkan karena kondisi geografis lingkungan dan ada masalah yang
hubungannya tentang kependudukan. Bencana alam di sebut juga peristiwa alam.
Banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunumg meletus maupun angin topan merupakan
contoh-contoh peristiwa alam. Adapun masalah yang timbul akibat kependudukan
atau masyarakat ialah karena manusia makluk sosial maka manusia selalu
berinteraksi antara individu satu dengan individu yang lain. Dalam interaksi
kehidupan sehari-hari tersebut manusia tak dapat luput dari sebuah
permasalahan.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan berbagai masalah hal itu
terjadi akibat dari hubungan antar manusia. Beberapa maslah sosial yang di
hadapi dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah kemiskinan, kejahatan,
kenakalan remaja, dan pengangguran.[4]
C.
Pemetaan Sumber Daya
Manusia
1.
Pengertian Sumber Daya Manusia
sumber daya manususia adalah segala potesi yang ada pada
manusia baik berupa akal pikiran, tenaga, keterampilan, emosi, dan sebagainya
yang dapat digunakan baik untuk dirinya maupun untuk organisasi atau
perusahaan.[5]
Mathis dan Jackson mengungkapkan bahwa SDM adalah
rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan
penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Selain itu Hasibuan mendefinisikan pengertian SDM adalah kemampuan terpadu dari
daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya
ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya
dimotifasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Dari
definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa SDM adalah segala potenis yang di
miliki manusia baik berupa daya pikir, tenaga, keterampilan, emosi, dan potensi
lainya yang dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi
keinginannya sendiri ataupun untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
2.
Maksud
dan Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Dakwah
Menurut Maslow, pada
hakikatnya pengembangan sumber daya manusia baik secara makro maupu mikro
merupakan upaya untuk merealisasikan semua kebutuhan manusia. Hal ini didasari
pada pemikiran bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang secara
naluri ingin hidup berkelompok.
Tujuan secara
jasmani dan rohani bagi para penggerak dakwah, diantaranya :
a.
Tujuan pembangunan
(Jasmani)
Berdasarkan fungsi manusia sebagai
khalifah di muka bumi, maka ia akan berperan sebagai pribadi yang akan selalu
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, karena manusia dibekali dengan
kekuatan jasmani.
b. Tujuan pembangunan
rohani (Spiritual)
Apabila
dikaitkan dengan kehidupan social, ekonomi, politik, dan budaya secara luas,
maka pengembangan sumber daya manusia adalah membantu orang kea rah kehidupan
yang lebih sejahtera dan mengurangin ikatannya dengan tradisi.
3.
Ciri-ciri
Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Efektif
Program
engembangan sumber daya manusia yang berhasil adalah yang bersifat sistematik,
yakni memiliki tujuan yang spesifik dan berkelanjutan dalam memberikan program
pelatihan yang konkret dan mudah bagi para partisipan.
Fred Wood,
seorang ahli dalam pengembagan sumber daya manusia menyarankan, bahwa program
pengembangan itu meliputi lima fase, yaitu readiness (kesiapan), planning
(perencanaan), training (pelatihan), implementation (pelaksanaan), dan
maintenance (pemeliharaan).
4.
Mengembangkan
Individu Da’I Yang Profesional
Pengembangan
sikap profesionalisme dalam lembaga dakwah, berarti bekerja dengan seluruh
elemen yang ada, namun pada saat saat tertentu focus dakwah harus diarahkan
pada individu atau kelompok kecil. Professional itu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Memiliki
suatu keahlian khusus
b. Merupakan
suatu panggilan khusus
c. Memiliki
teori-teori yang baku secara universal
d. Mengabdikan
diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri
e. Dilengkapi
denga kecakapan yang diagnostic dan kompetensi yang aplikatif
f. Memiliki
otonomi dalam melaksanakan pekerjaannya
g. Memiliki
kode etik
h. Memiliki
organisasi profesi yang kuat
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dakwah
sebagai kegiatan sosialisasi Islam harus berlangsung secara terus menerus, dari
satu generasi kepada negeri berikut, dari zaman ke zaman hingga akhir
zaman. Oleh karena itu, dakwah harus dirumuskan dan direncanakan untuk jangka
panjang. Da‘i dan oraganisasi dakwah memegang peranan penting dalam upaya
perencanaan, pelaksanaan dan eveluasi serta mengatasi berbagai persoalan dakwah
dan persoalan umat semakin komplek di era globalisasi, yang menuntut kegiatan
dakwah secara profesional. Kegiatan dakwah harus mempertimbangkan berbagai
faktor pendukung dan penghambat serta kemampuan menjadi penyeimbang dalam
kehidupan yang terus berubah.
Dalam
konteks ini, merumuskan dan menganalisis elemen-elemen yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan dakwah menjadi tugas bersama da‘i, organisasi
dakwah dan lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang dakwah. Hal itu dapat
dilakukan dalam skala kecil, mulai dari sebuah desa, kecamatan, propinsi,
negara, hingga peta dakwah internasional. Kemudian penggambaran itu harus
dituangkan dalam peta dakwah. Berdasarkan peta inilah, dakwah dikemas dalam
bentuk silabus, pemilihan metode yang tepat serta penggunaan media yang relevan.
Jika langkah-langkah ini dapat dilakukan, maka dakwah akan mampu menjadi
penggerak, perubah dan pembumian ajaran Islam untuk menjadi rahmat sejagat.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat,
Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta, Djambatan,1999
Majelis Ulama Indonesia, Kerangka Acuan Penyusunan Peta Dakwah
Nasional Jakarta: Masjid Istiqlal Taman Wijayakusuma, 2004
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ,Jakarta:
Balai Pustaka, 2002
Suherman Eman, Kiat Sukses Membangun SDM Indonesia.Bandung: CV.Allfabeta.2012.
Comments
Post a Comment