psikologi dakwah


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.
            Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan.
            Dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang sebagai pembawa perubahan, atau suatu proses. Dari segi dakwah, psikologi banyak memberi jalan pada perumusan tujuan dakwah pemilihan materi dan penetapan metodenya. Bagi seorang Da’i atau juru dakwah dengan mempelajari metode psikologi yang mana psikologi dapat memungkinkan mengenal berbagai aspek atau prinsip yang dapat menolongnya menelaah tingkah laku manusia dengan lebih kritis dan juga dapat memberikan kepadanya pengertian yang lebih mendalam tentang tingkah laku dan juga psikologi memberikan jalan bagaimana menyampaikan materi dan menetapkan metode dakwah kepada individu manusia yang merupakan makhluk totalitas (psikofisik) dan memiliki kepribadian baik dari faktor dalam maupun pengaruh dari luar.
            Maka yang perlu diperhatikan oleh juru dakwah adalah situasi dan kondisi masyarakat obyek khususnya situasi psikologisnya. Manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani yang unik. Proses perubahan dan perkembangan pribadinya sangat rumit. Maka Da’i yang menghadapinya juga komplek sehingga sebagai peran psikologinya sangat dibutuhkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Esensi Psikologi Dakwah ?
2.      Mengapa Psikologi Efektif Untuk Dakwah ?
3.      Apa Pengertian Kepribadian ?
4.      Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian ?
5.      Apa Urgensi Kepribadian Da’i Dalam Dakwah ?
6.      Pengaruh Kepribadian Da’i Terhadap Efektifitas Dakwah ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Esensi Psikologi Dakwah
             Pada hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas mempelajari / membahas tentang gejala-gejala hidup kejiwaan, baik dari da’i maupun mad’u yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
             Tugas psikologi dakwah adalah memberikan landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat efektif dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas kebutuhan hidup manusia sebagaimana ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek psikologi.
             Dengan memperhatikan faktor-faktor perkembangan psikologis beserta ciri-cirinya, maka pesan dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah akan dapat meresap dan diterima dalam pribadi sasarannya dan kemudian diamalkannya kepada perasaan yang tulus tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh dan memuaskan kehidupan rohaninya. Disinilah letak titik berat strategi-strategi dakwah yang sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan ikhlas sekaligus mempraktekkannya.[1]
B.     Psikologi Untuk Efektifitas Dakwah
             Menyerukan kebenaran dan mencegah kemungkaran adalah tugas hidup setiap manusia. Dengan bahasa lain setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah. Perintah ini ditulis dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110, yang artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
             Dalam kenyataannya, tidak semua muslim yang sengaja melakukan kegiatan dakwah dan tidak semua muslim yang sengaja berdakwah tidak melakukannya dengan efektif.
Kegiatan dakwah ini dapat berlangsung lancar dan baik, diperlukan pengetahuan tentang psikologi dakwah. Karena kegiatan dakwah pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, maka perlu dikaji faktor apa saja yang merupakan penghambat dan pelancar transportasi informasi.
Pokok-pokok landasan mengenai dakwah dalam Islam yaitu:Dakwah harus dilakukan dengan hikmah,dan harus bersabar dan optimis dalam berdakwah sabar akan segala kesulitan dan optimis bahwa Allah akan memberikan jalan bagi mereka yamendapatkan petunjuk. Allah akan mendampingi mereka yang tegar dan berbuat kebaikan.
Dua yang paling utama dalam kegiatan dakwah yaitu sikap mental yang positif yang harus dipegang oleh juru dakwah dan penyampaian informasi dakwah sebaik-baiknya.[2]
C.    Pengertian Kepribadian
             Pengertian kepribadian adalah ciri – ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu – individu.[3]                                 Pengertian kepribadian menurut para ahli sebagai berikut :
1.      Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
2.      Menurut M.A.W Bouwer kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
3.      Menurut Cuber kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
4.       Menurut Theodore R. Newcombe kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
5.      Menurut Horton Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
6.      Menurut Schever Dan Lamm  mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
7.      Menurut Roucek dan WarrenKepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang.
D.    Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
             Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
1.      Faktor Biologis
       Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah  menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2.      Faktor Sosial
       Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
       Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
       Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
3.      Faktor Kebudayaan
       Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
E.     Urgensi Kepribadian Da’i Dalam Dakwah
             Kepribadian seorang da;I merupakan salah satu hal terpenting dalam dakwah, kepribadian yang baik haruslah senantiasa dimiliki oleh seorang da’I . Adapun akhlak dan karakter yang seharusnya dimiliki oleh para da’i, seperti yang dijelaskan Allah SWT  di dalam banyak ayat di dalam beberapa tempat di dalam kitab-Nya yang mulia. Diantaranya adalah                   Pertama, Ikhlas. Wajib bagi setiap da’i untuk mengikhlaskan diri kepada Allah SWT, bukan karena keinginan untuk riya’ (pamer supaya dilihat orang) dan sum’ah (pamer supaya didengar orang) dan bukan pula untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia. Hanya saja ia berdakwah kepada  untuk mengharap ridhaAlloh SWT  semata, sebagaimana firman Alloh : ”Katakanlah: Inilah jalanku, Aku menyeru hanya kepada Alloh.” 
 Dan firman-Nya :”Siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang mengajak kepada Alloh.”
             Maka wajib bagi kita untuk mengikhlaskan diri kepada Allah SWT, dan hal ini merupakan akhlak yang paling penting dan sifat yang paling agung yang seharusnya kita gunakan di dalam dakwah kita, yang kita hanya mengharap ridha Allah.
             Kedua : Dakwah juga harus dengan ilmu, karena ilmu itu merupakan kewajiban. Jauhilah berdakwah dengan kebodohan dan berkata-kata dengan sesuatu yang tidak kita ketahui. Sesungguhnya kebodohan itu akan menghancurkan tidak bisa membangun dan merusak tidak bisa membenahi. Dakwah haruslah dengan bashiroh, yaitu ilmu. Maka wajib bagi penuntut ilmu dan da’i untuk menggunakanbashiroh ketika berdakwah dan mencermati apa yang ia dakwahkan dengan dalil-dalilnya. Apabila telah jelas baginya kebenaran dan ia mengetahui kebenaran maka hendaklah ia berdakwah menyeru kepadanya, baik itu berupa perbuatan untuk mengamalkan atau meninggalkan, yaitu berdakwah kepada pengamalan apabila merupakan ketaatan kepada Alloh dan Rasul-Nya, dan berdakwah kepada meninggalkan apa yang dilarang Alloh dan Rasul-Nya di atas petunjuk dan bashiroh.
             Ketiga : Kita haruslah berlemah lembut dan ramah di dalam berdakwah dan bersabar sebagaimana sabarnya para rasul ’alaihimush Sholatu was Salam. Sebagai seorang da’I hendaknya kita menjauhi sikap terburu-buru, bengis dan keras. Wajib bagi kita bersikap sabar, lemah lembut dan ramah di dalam dakwah.
             Maka wajib bagi kita untuk bersikap lemah lembut di dalam dakwah dan tidak bersikap kasar kepada manusia. Kita wajib bersikap ramah dan bersabar serta berkata dengan lembut, halus dan baik sehingga mempengaruhi hati  mad’u dan menggerakan hati mereka untuk mengikuti apa yang kita serukan kepada mereka.
             Termasuk akhlak yang paling penting dan paling agung yang harus dimiliki seorang da’i adalah ia harus mengamalkan apa yang ia dakwahkan dan meninggalkan apa yang ia larang. Karena Allah sangatlah membenci orang yang menyampaikan kebaikan dan melarang kemunkaran tetapi dirinya tidak melakukan kebaikan tersebut.
             Hendaklah seorang da’i menjadi orang yang berakhlak mulia dan berperangai terpuji, yang sabar dan senantiasa menjaga kesabarannya, yang ikhlas di dalam dakwahnya dan bersungguh-sungguh di dalam menyampaikan kebaikan kepada manusia dan menjauhkan mereka dari kebatilan, disamping itu juga mendoakan hidayah bagi mereka. 
F.     Pengaruh Kepribadian Da’i Terhadap Efektifitas Dakwah
             Sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Ta’ala di dalam al-Quran (an-Nahl [16]:125),bahwa salah satu metode dakwah yang bisa kita pergunakan untuk mengajak umat manusia menjadi hamba-hamba Allah, yaitu dakwah bil-hikmah (kebaikan atau contoh yang baik). Metode ini apabila dilakukan dengan baik dan terarah,maka kekuatan dari dakwah akan memberikan dampaknya yang cukup signifikan kepada umat manusia.
             Dakwah dengan kepribadian yang baik telah teruji dan terbukti keberhasilannya karena secara praksis telah diterapkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat RA. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan dari dakwah bil-hikmah dengan mengedepankan akhlaqul karimah bisa menjadi senjata dakwah yang sangat ampuh.
             Di dalam surat an-Nahl ayat 125 Allah telah berfirman kepada orang-orang yang beriman untuk menyampaikan dakwah dengan penuh kebijaksanaan dan memberikan nasehat yang baik. Oleh karena itu, dengan menunjukkan akhlak yang mulia kepada mad’u (objek dakwah),akan dapat memberikan pengaruh positif yang sangat besar untuk bisa menundukkan hatinya. Karena pada dasarnya ketika berdakwah yang harus ditundukkan adalah hati si mad’u.Dan memang dakwah bil-hikmah inilah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW.
             Di dalam beberapa riwayat kita bisa mengambil pelajaran yang berharga tentang keefektifan dari dakwah bil-hikmah ini,salah satu diantaranya adalah tentang bagaimana masuk Islamnya Abu Bakar RA. Menurut Mush’ab bin Zubair, kaum muslimin sepakat manamakannya sebagai ash-Shiddiq sebab dialah yang pertama kali dan bersegera menyatakan kebenaran Rasulullah SAW serta selalu bersikap jujur dan benar. Dan Abu Bakar RA tidak serta merta masuk Islam tanpa dalil dan hujah apapun,akan tetapi akhlak mulia yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW di sepanjang hidup beliau adalah merupakan dalil jitu dan paling kuat yang menyebabkan Abu Bakar RA langsung menyatakan diri masuk Islam setelah pendakwaan kerasulan dari Nabi Muhammad SAW. Kekuatan karakter dan akhlak fadhilah dari YM Rasulullah SAW lah yang dapat menundukkan hati Abu Bakar RA. Sebagaimana di berbagai riwayat disebutkan bahwa, sebelum pendakwaan kerasulannya, beliau SAW sudah masyhur dengan kepribadiannya yang santun,jujur dan berakhlak tinggi. Sehingga orang-orang Quraisy memberikan gelar al-amin (yang dapat dipercaya) terhadap beliau SAW, jauh sebelum pendakwaan kerasulan beliau SAW.
             Demikianlah ajaran dari Yang Mulia Rasulullah SAW kepada umat beliau SAW, supaya umat beliau SAW meneladani dan mencontoh sunnah-sunnah beliau SAW. Dengan melalui kekuatan akhlak beliau SAW, pada akhirnya beliau SAW mampu merubah kondisi kaum kuffar Quraisy yang diliputi oleh kejahiliyahan menjadi kaum yang tunduk dan patuh kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Maka tak heran apabila ajaran untuk mewarnai kehidupan umatnya dengan akhlaqul karimah telah menjadi bagian dari ajaran pokok YM Rasulullah SAW.
             Kerena Rasulullah SAW merupakan Rasul yang diutus sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia,maka ajaran cinta, kasih dan sayang juga harus terimplementasi dengan benar dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebab dibangkitkannya Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Dan salah satu bukti dari kesempurnaan akhlak adalah orang-orang beriman harus mampu menjadikan keberadaan dirinya sebagai rahmat bagi sesama umat maupun umat yang lain. Dimanapun mereka berada, maka mereka harus mampu menjadi sumber kedamaian dan ketentraman dan bukan malah menjadi ancaman dan teror bagi yang lainnya. Hal inilah yang harus menjadi spirit dalam dakwah kita dan menjadi bagian dalam kehidupan kita sehingga apabila seluruh teladan dari Yang Mulia Rasulullah SAW telah mengambil warna dalam akhlak kita, Insya Allah kekuatan akhlaqul karimah akan dapat menjadi sumber kekuatan yang sangat efektif dalam proses dakwah kita.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dari beberapa teori yang dikaji ternyata kepribadian merupakan kondisi psikologis manusia yang sangat vital dalam kehidupan. Kepribadian sangat mempengaruhi segala aktifitas kehidupan, bahkan menentukan sukses tidaknya tujuan-tujuan dari aktifitas tersebut. Sukses tidaknya tujuan individu manusia tergantung baik tidaknya kepribadian, apabila kepribadian kita baik maka tujuan yang hendak dicapai insya Allah akan tercapai walaupun kategori pencapaian itu sendiri relatif, tetapi ukuran kesuksesan yang paling hakiki dan paling mulia bagi ummat manusia adalah mendapat ridha Allah SWT.
            Salah satu aktifitas wajib manusia adalah berdakwah, maka kepribadianpun sangat berperan penting dalam kegiatan dakwah ini.Sebagi seorang da’I seyogyanya kita mencontoh keperibadian Nabi Muhammad SAW yang merealisasikan akhlkul karimah dalam kehidupan dakwah beliau.
            Berdakwah dengan mengedepankan akhlak yang baik seperti yang dilakukan oleh Rasulallah sungguh sangat besar pengaruhnya, karena walau bagaimanapun berdakwah merupakan proses mempengaruhi perasaan yang merupakan aspek kejiwaan mad’u. Jadi yang menjadi objek dakwah yang sesungguhnya dan lebih bersifat khusus adalah sisi-sisi ruhani mad’u (Qalbu sebagai inti dari ruh). Oleh karena yang menjadi objek dakwah qolbu para mad’u, maka dakwah yang harus dilakukan oleh para da’I adalah memberikan siraman-siraman terhadap qolbunya dengan menggunakan kesucian qolbu da’I (dakwah qolbu to qolbu).
            Kepribadian merupakan pencerminan kondisi qolbu. Kepribadian yang baik merupakan pencerminan kondisi qolbu yang suci begitupun kondisi qolbu yang suci (yang senantiasa berdzikir kepada Allah) akan senantiasa membuahkan kepribadian yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Mubarok, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Asy-Syifa, 1998.
Ancok,Jamaluddin, dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam, Yogyakarta:   Pustaka Pelajar, 1994.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. 1985.
                                     


                [1] Al-Mubarok, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang: Asy-Syifa, 1998 ).hlm.50

                                [2] Ancok, Jamaluddin,Dan Fuad Nasori Suroso, Psikologi Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994 ) hlm. 35

                [3] Koentjaraningrat, (1985). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. (Jakarta: Gramedia). hlm.102


Comments

Arwana band konser di Kabupaten Sambas

Dusun Segerunding Desa Beringin Kecamatan Sajad, Relawan dan Sahabat Bang Guntur Memberikan Bantuan Kepada Masyarakat Yang Lanjut Usia dan Kurang Mampu.

MAIN GULI