Skip to main content

makalah manajemen penerbitan pers


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.Secara umum manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian,pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi danpengguna sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
            Pembahasan dimulai dengan membahas perencanaan. Dalam melakukan sebuah perencanaan, kita harus memiliki alternatif, tujuan, kebijakan, prosedur dan program. Agar perencanaan yang sudah tertata dapat dijalankan dengan baik, realistis dan sejalan dengan kemampuan organisasi.
B.     Rumusan Masalah
1.       Apa yang di maksud perencanaan penerbitan ?
2.       Bagaimana perencanaan sumber daya penerbitan ?
3.       Bagaimana sistem rencana pengendalian penerbitan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perencanaan Penerbitan
            Dalam menyusun perencanaan penerbitan, kita bisa menyusunnya dengan mengajukan tiga pertanyaan sederhana yaitu apa, bagaimana, mengapa penerbitan. Pertanyaan apa akan berkaitan dengan bentuk atau tipe terbitan yang kita buat sebagai pelaksanaan program penerbitan. Sedangkan pertanyaan bagaimana berkaitan dengan terbitan yang kita buat itu bagaimana penggandaannya, bagaimana distribusinya,dan yang terpenting bagaimana isi terbitannya. Sedangkan pertanyaan mengapa berkaitan dengan alasan program penerbitan itu kita laksanakan, yang secara emplisit menunjukkan tujuan kita membuat terbitan.
            Penerapan untuk pertanyaan pertama, apa yang akan kita terbitkan dan untuk siapa terbitan itu bisa kita jawab berdasarkan jenis-jenis penerbitan seperti buletin, kalawarta, bibliografi atau buku panduan perpustakaan. Misalnya kita menerbitkan kalawarta, tujuan penerbitan kalawarta ini adalah untuk menjalin pertukaran informasi dan wadah komunikasi antara perpustakaan dan anggota-aggotanya.
            Pembelajaran tentang perencanaan penerbitan dengan memandang penerbitan sebagai salah satu program yang akan dialankan perpustakaan. Program penerbitan itu bisa terdiri atas kegiatan penerbitan konvensional dan digital dalam bentuk penerbitan berkala dan nonberkala.
            Memang ada juga yang menggunakan pendekatan 5W+1H untuk perencanaan,misalnya pertanyaan pertama apa yang akan kita terbitan dan untuk siapa terbitan ini bisa kita jawab berdasarkan jenis-jenis pernerbitan seperti buletin,kalawarta,bibliografi atau buku panduan perpustakaan. Misalnya kta menerbitkan kalawarta. Tujuan penerbitan kalawarta ini adalah unutk menjalin pertukaran informasi dan wadah komunikasi antara perpustakaan dan anggota-anggotanya.
            Misalnya, karena banyak informasi mutahir yang hendak disampaikan perpustakaan sukar disebarluaskan kepada anggota-anggotanya,padahal anggota-anggotanya memerlukan indormasi itu. Jadi kita bisa menuliskan tujuan itu sebagai wadah pertukaran informasi mutakhir. Dan,kalawartanya itu berbentuk tercetak atau digital yang menggunakan internet,atau diterbitkan dalam paduan keduannya.
            Perencanaan untuk kegiatan penerbitan atau program penerbitan akan berbeda dengan perencanaan divisi penerbitan. Perencanaan lembaga penerbitan merupakan perencanaan jangka panjangyang terdiri dari sejumlah program,misalnya program penerbitan berkala dan penerbitan non-berkala. Misalnya kita menerbitkan dalam bentuk kalawarta dan panduan pengguna perpustakaan. Kalawarta diterbitkan bulanan,sedangkan penduan pengguna diterbitkan setahun sekali. Tentu kita akan menetapkan tujuan dari kegiatan penerbitan itu. Kita sudah mempelajari contoh tujuan penerbitan kalawarta.
B.     Perencanaan Sumber Daya Penerbitan
            Dalam membahas perencanaan penerbitan, kita bisa memandang kegiatan penerbitan sebagai kegiatan proyek. Apabila kita memandang penerbitan ini sebagai program, tentu di dalamnya akan ada sejumlah kegiatan proyek yang artinya akan ada sejumlah penerbitan baik berkala maupun non berkala dalam jangka waktu tertentu. Misalnya dalam setahun anggaran kita akan menerbitkan bibliografi, kalawarta, buku panduan perpustakaan, atau buku pendidikan pengguna perpustakaan.
            Program yang kita susun merupakan penjabaran dari organisasi yang melaksanakan program tersebut yaitu perpustakaan. Sebagai salah satu sosial dan pendidikan yang penting, perpustakaan memiliki tujuan dan visi misi. Pencapaian tujuan, perwujudan visi dan pelaksanaan misi diberitahukan melalui pelaksanaan berbagai program perpustakaan. Salah satunya yaitu kegiatan penerbitan.
            Dalam perencanan program penerbitan kita harus berupaya berpikir strategis, sehingga sebuah organisasi dapat menjaga eksistensinya di tengah perubahan. Bukan hanya itu, organisasi perpustakaan tentunya bukan hanya mampu bertahan di tengah perubahan bahkan turut memberikan warna dan arah perubahan dengan informasi yang dimiliki dan disimpan di perpustakaan.
            Kita bisa menerapkan program mana yang dianggap strategis dengan memeriksa keadaan lingkungan eksternal sebagai sumber peluang dan ancaman serta memeriksa lingkungan internal sebagai sumber beradanya kekuatan dan kelemahan. Kita bisa melihat peluang yang ada pada lingkungan eksternal organisasi perpustakaan, seperti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan untuk melakukan distribusi informasi mutakhir secara cepat dan mudah. Namun kita melihat ancaman dari lingkungan eksternal seperti makin tingginya produksi informasi yang menyebabkan ledakan informasi yang membuat perpustakaan harus bekerja lebih keras menata informasi. Disisi lain ledakan informasi ini memberikan peluang bagi perpustakaan untuk menjalankan perannya menyusun bibliografi. Pada lingkungan internal, perpustakaan sudah memiliki kepakaran dan kemampuan mengelola informasi. Namun terdapat kelemahan dalam mengelola informasi mutakhir yang begitu banyak sehingga menyulitkan pengguna perpustakaan yang belum memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi ini meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan sehingga memerlukan pelatihan. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal tersebut, kita bisa membuat perencanaan program penerbitan yang komprehensif yang kegiatannya bukan hanya penerbitan bibliografi secara konvensional namun juga secara digital.
            Sumber daya manusia merupakan bagian terpenting dari kegiatan organisasi, sehingga sering dikemukakan sumber daya manusia merupakan aset organisasi. Manusia tidak lagi dipandang sebagai sarana produksi melainkan sebagai sumber daya yang memungkinkan organisasi bisa mencapai tujuannya dan memberikan sesuatu kepada publik yang dilayani organisasi itu.
            Sumber daya manusia merupakan manusia yang memiliki kompetensi yang memungkinkan organisasi bisa menghasilkan sesuatu dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu dalam perencanaan sumber daya manusia yang akan melaksanakan program tersebut akan ditetapkan kompetensi yang diperlukan misalnya, kompetensi itu adalah kemampuan menulis, kemampuan menyunting, kemampuan membuat desain dan kemampuan membaca naskah dengan cermat.
            Kita bisa mengidentifikasi ada berapa orang dalam organisasi perpustakaan yang memiliki kompetensi. Kita bisa merancang jabatan apa saja yang bisa dirangkap oleh seseorang. Misalnya untuk redaksi dirangkap editor atau penyunting. Setter bisa merangkapproofeader. Dengan demikian kita membutuhkan 3 tenaga ini untuk proses pracetak. Sedangkan untuk tenaga produksi atau proses cetak pada umumnya diserahkan pada institusi di luar perpustakaan atau percetakan komersil. Sedangkan untuk pracetak setidaknya diperlukan tenaga 1 orang yang bertugas untuk mengadministrasikan penyebaran terbitan dan juga melakukan kegiatan distribusi terbitan. Apabila tidak memiliki tenaga yang diperlukan, untuk menyelesaikan masalahnya bisa mengambil tenaga dari luar yang dikontrak untuk menyelesaikan tugas tersebut misalnya, untuk tenaga editor, bisa meminta bantuan tenaga penyunting seorang guru bahasa Indonesia atau editor profesional.
            Selanjutnya akan dibutuhkan sarana dan prasarana yang akan kita pergunakan untuk kegiatan penerbitan, baik berkala maupun non berkala. Semua sarana dan prasarana kerja tentu akan kita rencanakan sesuai dengan kegiatan penerbitan yang direncanakan. Apabila kita membuat penerbitan berkala, maka perlengkapan yang dibutuhkan misalnya, printer yang dipergunakan belum cukup memadai untuk membuat cetakan yang baik karena masih menggunakan printer buble jet belum menggunakan laser jet, maka kita akan menyusun rencana untuk membeli printer baru sesuai kebutuhan. Metode pelaksanaan pekerjaannya, seperti sudah dikemukakan bergerak dari proses pracetak, cetak dan diakhiri dengan pascacetak.
            Metode kerjanya juga melibatkan sejumlah keterampilan yang satu sama lain saling berkaitan dan bergantung. Penyuntingan akan terkait dengan tata letak isi buku. Begitu juga dengan tata muka buku pembuatannya akan bergantung pada judul yang dibuat penulis yang kemudian bisa saja judul itu diperbaiki dan disempurnakan oleh penyunting. Sedangkan bahan yang diperlukan untuk penerbitan itu yang terpokok tentulah naskah yang akan diterbitkan. Naskah ini bisa datang dari penulis luar institusi perpustakaan bisa juga datang dari penulis yang ada di perpustakaan tersebut. Penyusun bibliografi adalah penulis naskah yang bibliografi susunannya akan diterbitkan. Penyusunnya biasanya adalah tim yang bisa datang dari satu perpustakaan atau dari jaringan perpustakaan.
            Bahan lain yang diperlukan adalah kertas. Pada penerbitan konvensional, medium yang dipergunakan untuk menyimpan dan menyebarluaskan isi terbitan bersifat tunggal yaitu kertas. Namun apabila menerbitkan dengan menggunakan jasa percetakan di luar institusi perpustakaan, maka biaya cetak biasanya sudah diperhitungkan dengan biaya untuk pembelian kertas, sehingga kita bisa memasukkan jasa percetakan ke dalam kategori bahan.
            Dana juga akan diperlukan untuk kegiatan pemasaran yakni mendistribusikan hasil terbitan. Dana yang dibutuhkan seperti untuk biaya kirim untuk kegiatan pertukaran terbitan dengan perpustakaan lain atau dikirimkan pada orang tertentu yang dianggap berkepentingan dengan terbitan yang dibuat.
            Pemasaran pada dasarnya merupakan pendistribusian hasil terbitan kepada orang yang memerlukannya. Distribusi di sini bukan sekedar menyebarkan melainkan merupakan penyebaran pada orang yang tepat. Tepat di sini bermakna orang yang memerlukan informasi terbitan, orang yang berkepentingan dengan isi terbitan atau orang yang perlu mengetahui isi terbitan. Dengan begitu penerbitan yang kita buat bisa menjangakau publik yang memang membutuhkan atau kita memandang publik itu perlu mengetahui informasi yang disajikan.
C.     Rencana Pengendalian Penerbitan
            Pengendalian meruapakan fungsi penting manajemen apapun,termasuk manajemen penerbitan. Karena itu kta secara khusus membahas soal pengendalian. Pengendalian ini kita bahas secara khusus karena akan juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinanatau kemampuan manajerial seorang pemimpin/manajer.
            Sukarna menyebutkan, pengendalian memiliki makna membimbing,menertibkan, mengatur dan menguji kebenaran.  Oleh sebab itu pengendalian memiliki peran penting sekali dalam manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan kerja itu teratur,tertib,terarah atau tidak. Ada beberapa prinsip pengendalian yang bisa kita pergunakan dalam kegiatan penerbitan, yaitu:
1.      Tercapainya Tujuan
      Dengan menyusun rencana pengendalian untuk pencapaian tujuan itu. Artinya, dengan menyusun rencana pengendalian yang akan kita lakukan seperti melalui instrumen pengendalian dalam bentuk daftar periksa atau rencanaisi laporan rutin perkembangan pelaksanaan program atau kegiatan kita bisa melakukan pengendalian bila terjadi penyimpagan dalam pencapaian tujuan. Misalnya, tujuan penerbitan yang kita lakukan adalah menjalin komunikasi antara perpustakaan dan anggotanya.
2.      Efisiensi Pengawasan
      Pencapaian tujuan dengan tidak efisien menggunakan sumber daya bukanlah keberhasilan sekaligus tidak menunjukkan produktivitas dan mutu. Sumber daya yang kita akan pergunakan sudah ditetapkan dalam rencana, bila terjadi penyimpangan dari rencana tentu ada penyebabnya. Mungkin salah dalam perencanaan sehingga kita harus melakukan perubahan rencana. Makala kita menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam program penerbitan,maka kita memiliki ukuran atau kriterua yang jelas untuk mengukur atau menilai derajat efisiensi penerbitan tersebut. Misalnya, jumlah tenaga yang terlihat dalam proses penerbitan apakah terlalu banyak atau terlalu sedikit.
3.      Refleksi Perencanaan
      Dalam merencanakan pengendalian penerbitan tentu kita harus berpatokan pada apa yang sudah direncanakan. Misalnya, kita merencakanan jumlah eksemplar dalam penerbitan sebanyak 5000eksemplar untuk kalawarta dan 500 eksemplar untuk bibliografi.
4.      Standar
      Pada dasranya standar bisa kita maknai sebagai ukuran baku,tapi juga bisa dimaknai sebagai ukuran minimal untuk mutu. Dengan demikian, kita sangat boleh untuk bekerja melebihi standar sebagai ukuran baku atau ukuran minimal mutu. Namun, tidak boleh bekerja di bawah standar. Oleh sebab itu,dalam rangka pengendalian penting untuk menetapkan standar. Dalam penerbitan,kita bisa menetapkan standar waktu untuk proses pracetak,cetak dan poscetak. Misalnya, kita menetapkan waktu penelesaian proses pracetak.
5.      Tindakan
      Dalam merencanakan pengendalian kita perlu merencanakan tindakan-tindakan seperti apa yang harus kita lakukan untuk mengoreksi atau melakukan perbaikan bila terjadi penyimpangan atau kekeliruan. Bisa juga penyimpangan itu terjadi karena faktor teknis seperti listrik yang sering mati sehingga proses pengerjaan pencetakan menjadi lebih lama dibandingkan dengan yang direncanakan.
            Ada 3 bentuk kegiatan pengendalian,seperti yang dijelaskan  yaitu:
1.      Supervisi, yaitu melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi agar dalam operasional dpat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan kendali pengawasan.
2.      Inspeksi, melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
3.      Tindakan koreksi, melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dnegan kondisi pelaksanaan.
            Oleh sebab itu, dalam perencanaan pengendalian akan dimasukkan pula rencana untuk menggali informasi melalui saluran komunikasi informasi yang ada agar memperoleh informasi yang berimbng dan akurat. Informasi formal yang digali dengan instrumen seperti di atas dan informasi informal yang diperolah malalui komunikasi informasi itu saling melengkapi. Bukan saling menambah atau mementahkan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Manajemen penerbitan memiliki satu tujuan pasti yakni mengatur serta membuat formasi yang bagus dalam sebuah penerbitan. Karena strategisnya fungsi informasi bagi masyarakat, maka usaha penerbitan selalu berkembang seiring dengan tumbuhnya ekonomi. Ada beberapa prinsip pengendalian yang bisa kita pergunakan dalam kegiatan penerbitan, yaitu dari tercapainya tujuan yang mana dengan menyusun rencana pengendalian untuk pencapaian tujuan itu. Artinya, dengan menyusun rencana pengendalian yang akan kita lakukan seperti melalui instrumen pengendalian dalam bentuk daftar periksa atau rencanaisi laporan rutin perkembangan pelaksanaan program atau kegiatan kita bisa melakukan pengendalian bila terjadi penyimpagan dalam pencapaian tujuan. Misalnya, tujuan penerbitan yang kita lakukan adalah menjalin komunikasi antara perpustakaan dan anggotanya hingga prinsip tinndakan yakni dalam merencanakan pengendalian kita perlu merencanakan tindakan-tindakan seperti apa yang harus kita lakukan untuk mengoreksi atau melakukan perbaikan bila terjadi penyimpangan atau kekeliruan. Bisa juga penyimpangan itu terjadi karena faktor teknis seperti listrik yang sering mati sehingga proses pengerjaan pencetakan menjadi lebih lama dibandingkan dengan yang direncanakan.


DAFTAR PUSTAKA

http://isnaarfiamita.blogspot.co.id/2016/09/perencanaan-penerbitankonvensional.html
http://rizaldewantara.blogspot.co.id/2016/09/perencanaan-penerbitankonvensional.html







Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH KERAJAAN SAMBAS    1.ASAL MULA SAMBAS Kesultanan Sambas sebuah Negeri berpenduduk mayoritas Etnis Melayu,dengan luas 20.940 km² ,bandingkan dengan kesultanan Brunai (5.765 km²). Pada tahun 1915 Negeri Sambas berpenduduk 130.000 jiwa,yang terdiri dari berbagai etnis atau suku kaum : -Orang Eropa 100 jiwa -Suku Dayak 26.000 jiwa -Orang Arab dan Timur asing lainya 270 jiwa -Cina (tionghoa) 30.000 jiwa -Melayu Jawa dan Bugis 67.000 jiwa Pada tahun 1988  Sambas berpenduduk 895.900 jiwa,dan merupakan sebuah kabupaten dibawah kedaulatan NKRI. Pada masa pemerintahan Sultan Muhhammad Syafi’uddin I yang dinobatkan pada tanggal 10 Zulhijjah hari Senin tahun 1040 H(9 Juli 1631 M ).nama Sambas sudah dipergunakan dan telah dipergunakan jauh sebelum itu GAMBAR 1. GERBANG DEPAN ISTANA SAMBAS Di era kerajaan Majapahit dizaman kekuasaan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,kerajaan Sambas disebut sebut sebagai satu kerajaan di Borneo yang berada dibawah ke...

MAIN GULI

Istilah Dalam "Main Guli / Pal" Ini Mengingatkan Kita Akan Masa Lalu. Baca Istilah Dalam Main Guli Disini. Sambas Post- Istilah dalam permainan guli ini ditulis oleh Riecko Ananda ( pengguna facebook ). Seperti apa istilahnya, yuk kita simak. Check it out. Istilah dalam permainan kelereng ( Maing Pal/Maing Gulli ) dalam Bahasa Melayu Sambas. 1. Bah Pal/buah Pal atau Gulli ( kelereng/guli/gundu ). 2. Ninting/Nujju ( membidik kelereng lawan ). 3. Maccut/Simaccut ( membidik kelereng lawan dengan keras/kuat). 4. Nyumbat ( tepat pada sasaran ). 5. Ngintis ( bidikan mengenai sedikit sisi samping/atas kelereng lawan ). 6. Nginnal ( kelereng berputar ). 7. Tumbi' ( kelereng pada posisi teratas ). 8. Nguncang ( menempatkan posisi kelereng percis berdekatan dengan yang diinginkan ). 9. Efekkan ( jarak antara kelereng lawan hanya sejengkal ) 10. Kuccu' ( kebanggaan/kelereng yang menjadi kebanggan yang selalu dipakai dalam setiap permainan ). 11. Lansut ( membidik dengan keras...

makalah komunikasi lintas budaya

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Peristiwa-peristiwa perubahan kebudayaan selalu melanda semua bangsa dan negara di dunia, walaupun luas permasalahan dan tingkat permasalahan itu berbeda-beda             Secara umum  ada dua kekuatan   yang   menyebabkan timbulnya  perubahan sosial, hal yang pertama adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat.Hal kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun  persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan merekaSeberapa c...

makalah peta dakwah

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang                         Secara perlahan namun pasti, umat manusia menjalin hubungan mesra satu sama lain melalui perantaraan kecanggihan teknologi komunikasi. Sementara politik dan ekonomi secara kasat mata biasanya senantiasa mempertahankan berbagai ’jurang pertentangan’ di antara manusia. Inilah salah satu bentuk dari keajaiban peradaban kontemporer, dimana manusia dapat saling berbagi cerita dari ujung bumi yang satu ke ujung bumi lainnya dalam suatu hitungan sepersekian detik.                         Globalisasi menuntut pengintegrasian seluruh aspek kehidupan manusia di dunia, baik di bidang ekonomi, politik, social dan budaya. Globalisasi sejatinya adalah anak kandung dari kapitalisme. Kapit...

MAKALAH SEJARAH AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA

  PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Agama di dunia ada bermacam-macam yang diturunkan oleh Tuhan sehingga orang bebas memilih mana yang di anut dan di yakininya dan di anggap paling benar, salah satunya adalah agama kong hu cu tetapi sebenarnya khonghucu bukan salah satu agama, tetapi filsafat. Tapi sebagian orang berpendapat bahwa kong hu cu adalah suatu agama. Diantaranya orang tionghoa mereka mempercayai bahwa kong hu cu adalah suatu agama. Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius ) dalam bahasa Tionghoa , istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan dia hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang dia sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu ...

psikologi dakwah

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.             Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan.             Dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang seb...

MAKALAH MEMAHAMI AUDIENS DALAM KOMUNIKASI MASSA

  MEMAHAMI AUDIENS DALAM KOMUNIKASI MASSA A. Latar Belakang Kata audiens menjadi mengemuka ketika diidentikan dengan “receivers” dalam model proses komunikasi massa (source, channel, message, receiver, effect) yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1955). Audiens adalah sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa berbagai media atau komponen beserta isinya, seperti pendengar radio atau penonton televisi. Dengan demikian Audiens dapat didefinisikan dalam beberapa aspek: aspek lokasi (seperti dalam kasus media lokal); aspek personal (seperti ketika media dicirikan dengan mengacu pada kelompok usia tertentu, jenis kelamin, keyakinan politik atau pendapatan); aspek jenis media yang dipakai (teknologi dan organisasi gabungan); aspek isi pesan (genre, materi pelajaran, gaya); aspek waktu ('primetime' dan ‘primetime’, penonton dan juga lama menonton). Sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiata...

MAKALAH OPINI PUBLIK DALAM BINGKAI PSIKOLOGI KOMUNIKASI

  OPINI PUBLIK DALAM BINGKAI PSIKOLOGI KOMUNIKASI A. Latar Belakang Opini adalah ekspresi atau pendapat seseorang atas suatu masalah yang bersifat kontroversial. Publik adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan,tetapi mereka melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi. Alat- alat komunikasi yang digunakan seperti,surat kabar,radio, televisi, ataupun pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai, sehingga secara umum , opini publik dapat di artikan sebagai pendapat sekelompok orang tentang sesuatu hal yang bersifat kontroversial dan menyangkut kepentingan umum. Pembentukan opini publik sangatv bergantung pada proses komunikasi. Masyarakat memperoleh pengetahuan atau informasi tentang persoalan yang terjadi di masyarakat melalui proses komunikasi. B. Rumusan Masalah 1. Memahami pengertian opini publik ? 2. Memahami proses pembentukan opini publik 3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi opini publik ?        ...

makalah retorika dakwah

Pengertian Da’i Secara Pribadi A.   Latar Belakang        Peran da’I sebagai tokoh masyarakat dalam pembangunan sangat penting, karena posisinya sebaga seorang “ opinion leader ” yaitu orang yang berpengaruh besar dalam mengambil keputusan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam hal ini adalah kesejahteraan untuk individu maupun kelompok.        Dalam lingkungan masyarakat, dibutuhkan peran da‘i   atau tokoh informal yang harus berperan untuk merangkul dan memberikan pemahaman keagamaan terhadap perubahan social masyarakat di desa tersebut. Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Peran Da‘I Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat.        Keberhasilan dakwah akan sangat bergantung kepada bagaimana da’i tersebut berdakwah. Tidak hanya penguasaan materi yang diluar kep...