BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagai ilmu
pengetahuan, dakwah tertinggal jauh oleh cabang-cabang ilmu lainnya. Apalagi
pada era sekarang ini yang sangat serba modern, dakwah metode kultural kurang
berpengaruh dalam masyarakat apalagi masyarakat kota. Dakwah menjadi kajian
akademik kira-kira pada abad ke-20 setelah adanya beberapa tulisan yang
membicarakan tentang dakwah baik sebagai materi maupun sebagai kajian yang
bersifat epistimologis dan diperkuat dengan berdirinya jurusan dakwah pada
fakultas-fakultas.
Dengan lahirnya
dakwah kontemporer ini, para penda’i dapat bersaing secara sehat dengan
ilmu-ilmu lainnya yang telah berkembang begitu cepat, apalagi dengan lahirnya
internet yang makin hari makin canggih dan makin mudah mempengaruhi orang lain.
Karena itu kita sebagai pendakwah jangan mau kalah saing dengan ilmu-ilmu
lainnya.
Disini
pemakalah akan mencoba memaparkan seperti apa dan seberapa penting dakwah
kontemporer itu dalam kehidupan era sekarang ini.
1. Apa yamg di maksud dengan dakwah
kontemporer ?
2. Apa problematika dakwah di era
kontemporer ?
3. Media dakwah yang di perlukan di
era kontemporer ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dakwah Kontemporer
Dakwah yang
pada intinya menyeru kepada Allah, adalah kewajiban setiap muslim. Kesadaran
ini penting ditanamkan pada setiap muslim. Allah SWT. berfirman dalam QS.
an-Nahl 16:125 yang artinya “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”
“Dan hendaklah
ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang
beruntung”. ( QS. Ali Imron 3: 104). Ayat inilah yang mengindikasikan
perlunya dakwah secara kolektif atau jama’iyah. Ayat inilah yang menjadi
dasar alam pikiran K. H. Ahmad Dahlan waktu mendirikan perserikatan Muhamadiyah pada tahun 1912.[1]
Terkait dengan
seruan untuk berdakwah, lahirlah istilah dakwah kontemporer saat ini. Yang mana
Dakwah
kontemporer adalah dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan tekhnologi modern yang sedang berkembang, misalnya
televisi, radio, media cetak, internet, dan lain-lain. Dakwah kontemporer ini sangat
cocok apabila dilakukan di lingkungan masyarakat kota atau masyarakat yang
memiliki latar belakang pendidikan menengah keatas. Teknis yang ada dan
yang digunakan dalam dakwah kontemporer ini juga sangat
berbeda
dengan dakwah kultural. Jika dakwah kultural pada umumnya dilakukan dengan cara menyesuaikan
budaya yang ada pada masyarakat setempat, tetapi dakwah kontemporer
dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang pada saat ini.
Persaingan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah
merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan
dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud adalah,
dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi
semarak dewasa ini.
Al-Qur’an yang selama ini banyak
disampaikan dengan cara tradisional, maka harus segera dirubah cara
penyampaiannya, yaitu dengan cara modern dengan menggunakan teknologi yang
sesuai dengan tuntutan zaman. Al-Qur’an sudah saatnya harus disampaikan dengan
menggunakan metode cepat dan tepat, yaitu dengan cara menggunakan fasilitas
komputer. Munculnya tekhnologi di bidang komputer ini
sebenarnya sangat membantu bagi para da’i dalam menyampaikan nilai-nilai al-Qur’an dengan metode tematik.
Walaupun kita sadari bahwa para da’i kita banyak yang tidak bisa
meng-operasionalkan komputer dengan baik, sehingga banyak para da’i kita yang
tidak mampu untuk membuka Holy Qur’an yang lagi berkembang dewasa ini.
Munculnya Holy Qur’an, Holy
Hadits dan beberapa CD kitab kutubut-tis’a merupakan kemajuan yang
luar biasa bagi umat Islam umumnya dan para da’i pada khususnya untuk segera
direalisasikan kepada pada umat yang selama ini dalam menggali al-Qur’an itu dengan metode
tradisional. Dakwah yang menggunakan fasilitas mimbar hanya akan di dengar
sebatas yang hadir pada acara tersebut. Lain halnya dengan dakwah yang
menggunakan fasilitas teknologi elektronik seperti TV, internet dan teknologi
modern lainnya, pasti akan lebih banyak manfaatnya.
Dari dua perbandingan di atas, maka
dakwah kontemporer yang memanfaatkan teknologi modern lebih banyak manfaatnya
dari pada dakwah kultural yang masih harus menyesuaikan dengan kondisi budaya
masing-masing daerah. Materi dakwah yang tepat untuk
menghadapi masyarakat modern ini adalah materi kajian yang bersifat tematik.
Artinya Islam harus di kaji dengan cara mengambil tema-tema tertentu yang
sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan fasilitas yang tepat
adalah dengan menggunakan media cetak dan elektronik, karena dengan menggunakan media cetak
dan elektronik hasilnya akan lebih banyak serta jangkauannya lebih luas.
B. Problematika
Dakwah pada era Kontemporer
Dakwah pada era kontemporer ini
dihadapkan pada berbagai problematika yang lain kompleks. Hal ini tidak
terlepas dari adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju. Pada masyarakat
agraris kehidupan manusia penuh dengan kesahajaan tentunya memiliki problematika
hidup yang berbeda dengan masyarakat kontemporer yang cenderung matrealistik
dan indifidualistik. Begitu juga tantangan problematika dakwah akan dihadapkan
pada berbagai persoalan yang sesuai dengan tuntutan pada era sekarang.
Ada tiga problematika besar yang
dihadapi dakwah pada era kontemporer ini, antara lain:
1. pemahaman masyarakat pada umumnya
terhadap dakwah lebih diartikan sebagai aktifitas yang bersifat oral
communication (tablih) sehingga aktifitas dakwah lebih beriontasi pada
kegiatan-kegiatan caramah.
2. problematika yang berasifat
epistemologis. Dakwah pada era sekarang bukan hanya bersifat rutinitas,
temporal dan instan, melainkan dakwah membutuhkan para dikma keilmuan. Dengan
adanya keilmuan dakwah tentunya hal-hal yang terkait dengan langkah srategis
dan teknis dapat dicari runjukannya melalui teori-teori dakwah.
3. problem yang menyangkut sumber daya
manusia. Aktivitas dakwah masih dilakukan sambil lalu atau menjadi pekerjaan
sampingan. Imlikasinya banyak bermunculan da’i yang kurang profesional,
rendahnya penghargaan masyarakat terhadap profesi da’i, dan lemahnya manajerial
yang dilakukan oleh da’i dalam mengemas kegiatan dakwah.
C. Media Dakwah
Kontemporer
Seorang da’i
atau juru dakwah, dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia tidak
akan lepas dari sarana atau media. Karena di era modern ini dakwah tidak hanya
cukup di sampaikan melalui lisan tanpa melalui bantuan alat-alat komunikasi
modern, seperti: radio, televisi, film, VCD, percetakan dan lain-lain.
Kata-kata yang di ucapkan seorang da’i sangatlah terbatas oleh ruang dan waktu.
Oleh karena itu, kepandaian untuk memilih media atau sarana yang tepat
merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah.
Hamzah Ya’qub
membagi sarana dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, audio, visual,
dan akhlak (Amal Fathullah Zarkhasyi, 1998: 154). Dari lima macam pembagian
tersebut, secara umum dapat dipersempit menjadi tiga media, yaitu:
1. Spoken words, media dakwah
yang berbentuk ucapan atau bunyi yang di tangkap dengan indra telinga, seperti
radio, telepon, dan lain-lain
2. Printed writings, berbentuk
tulisan, gambar, lukisan dan sebagainya yang dapat di tangkap dengan mata.
3. The Audio visual, berbentuk
gambar hidup yang dapat didengar sekaligus dilihat, seperti televisi, video,
film dan sebagainya.[2]
Dilihat dari
segi sifatnya, media dapat digolongkan menjadi dua kategori: media dakwaah
tradisional dan media dakwah modern. Media dakwah tradisional berupa berbagai
macam seni dan pertunjukan tradisional, dipentaskan secara umum terutama
hiburah yang bersifat komulatif. Sedangkan media modern di istilahkan dengan
media elektronik yaitu media yang dihasilkan dari tekhnologi seperti televisi,
radio, pers, internet dan sebagainya (Amar fathullah Zarkhasyi, 1998: 154).
Sementara
masyarakat sekarang ini adalah masyarakat plural yang berkembang dengan
berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan tekhnologi tidak dapat
dinafikan dapat membuka sekat dan menghilangkan batas ruang dan waktu. Memilih
dan menggunakan media yang tepat sudah menjadi keharusan dan tuntunan zaman
apabaila menginginkan tujuan dakwah untuk memengaruhi bisa tercapai. Dengan
demikian, media sebagai sarana dakwah yang merupakan suatu wasilah
dakwah haruslah sesuai dengan situasi dan kondisi pada masyarakat kontemporer.
Dakwah melalui
VCD merupakan suatu model atau sarana dakwah yang baru, dan manfaat yang di
petik dari dakwah model tersebut tidaklah sedikit dan sangat efektif
manfaatnya, seperti contoh VCD Harun Hahya Series dimana karya-karya beliau
sarat manfaat, menjadi best seller di berbagai negara, VCD yang berisi
ilmu-ilmu yang diulas secara ilmiah dengan gambar-gambar yang menakjubakan,
asal-usul kejadian manusia, teori Darwin, yang menyebabkan tidak sedikit
orang-orang eropa (non muslim) tersentak dan akhirnya mereka masuk Islam.
Begitupun dengan Arimatea, salah satu model dakwahnya adalah dengan menggunakan
serta memanfaatkan VCD sebagai sarana dakwahnya, dengan debat-debat ilmiyah
yang mencerahkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah
kontemporer adalah dakwah masa kini,yang mana pada dakwah ini berdakwah menyesuaikan dengan keadaan zaman, dalam
menyampaikan ajran umat islam kepada manusia tidak akan lepas dari sarana dan
media.dakwah kontemporer biasa di lakukan dengan media eletronik.
DAFTAR PUSTAKA
Khasanah,Siti, Uswatun , Berdakwah Dengan Jalan Debat: antara
muslim dan non muslim (Purwokerto:
stainpress, 2007)
Comments
Post a Comment