PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Israel
merupakan salah satu Negara yang berada di Timur Tengah yang dikelilingi oleh
Laut Tengah, Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, dan Gurun Pasir Sinai. Israel
juga merupakan satu-satunya Negara Yahudi di dunia. Namun di sana pun juga
terdapat beberapa kelompok etnis minoritas seperti etnis Arab tetapi
berkewarganegaraan Israel, kelompok Muslim, Kristen, Druze, dan Samaria. Israel
mengenal konsep EretzYisrael yakni konsep Yudaisme yang mana sudah ada sejak
masa Israel kuno.
Selain Israel,
di Timur Tengah juga terdapat Negara Iran atau Persia. Persia pernah
dikuasai oleh bangsa Madia dan bangsa Persia yang mana keduanya adalah bangsa
Indo-Jerman. Pada mulanya yang berkuasa adalah bangsa Madia sekitar tahun 612 SM yang bekerjasama dengan bangsa
Babylonia merebut dan membakar Niniveh untuk merobohkan Kerajaan Assyria. Namun
tahun 550 SM oleh Cyrus, bangsa Madia dan bangsa Persia telah dipersatukan dan
semenjak itu bangsa Persia memegang peranan terpenting meskipun yang memiliki
kedudukan tinggi adalah bangsa Persia (Soeroto, 1954: 26). Saat ini nama Persia dan Iran sudah menjadi
kebiasaan, Persia digunakan untuk isu sejarah dan kebudayaan, sedangkan Iran
digunakan untuk isu politik. Persia ini merupakan bangsa yang kemudian hari
memproklamirkan diri sebagai Republik Islam Iran yang mana telah didominasi
oleh muslim Syi’ah.
Pengaruh Persia tentang Islam dan Israel tentang
Yahudi telah masuk dan mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, perkembangan pendidikan
Islam di Indonesia yang diwujudkan dengan pesantren dan juga pengaruh
Zionis-Yahudi yang secara tertutup masuk dalam setiap Ormas, institusi, dan
bahkan kegiatan-kegiatan lain tanpa bangsa Indonesia sadari, maka dari itu
berangkat dari ketertarikan inilah penulis membahas makalah yang berjudul Pengaruh Islam dan Yahudi Terhadap Karakter
Bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Agama Yahudi?
2. Bagaimana Ajaran-ajaran
Yahudi di Israel?
3.
Bagaimana Asal usul Agama Yahudi?
1
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Agama Yahudi
1. Agama Yahudi
Agama Yahudi adalah agama yang diturunkan Tuhan kepada
Nabi Musa, yang diajarkan kepada bani Israel dengan Taurat saebagai kitab
sucinya yang esensinya terletak pada perintah sepuluh Tuhan. Pengertian agama
yahudi sebagaimana yang dimaksud di atas. Maka sejarah agama ini, tentu harus
dimulai pula dari Musa. Nabi Musa dilahirkan di Mesir pada tahun 1593 sebelum
Masehi. Ayah ibunya berasal dari suku Lewi, salah satu suku yang dinasabkan
kepada salah seorang putra Ya’qub dengan istrinya Liah.
Beliau semenjak masa kanak-kanak hingga dewasa dan
diangkat Tuhan menjadi Nabi, Nabi Musa juga menyaksikan secara langsung
bagaimana nasib kaum Israel hidup di Mesir. Bekerja sebagai budak yang
tertindas. Melihat penderitaan bangsa ini, Musa berjuang, membawa mereka keluar
dari kegelapan hidup dalam penindasan, berpindah kenegeri yang telah dijanjikan
untuk mereka. Tugas menyelamatkan bangsa ini , dilaksanakan oleh musa dengan
baik, karena itulah tugas yang diberikan oleh Tuhan dalam firman-firmanya yang
diterima Musa, setelah Dia mengetahui keadaan kaum ini.
Sepeninggalan Musa bani Israel melupakan Tuhanya
(Yehovah) kembali. Mereka mulai memuja patung anak lembu emas lagi yang mereka
buat sendiri. Karena pelanggaran ini, mereka harus menanggung kepahitan hidup
mengembara lagi selama 40 tahun dipadang tandus. Musa, nabi besarnya meninggal
dunia sebelum dapat memimpin kaumnya memasuki negeri yang dijanjikan itu sebab
sebagian yang dikatakan oleh seorang penulis Yahudi “meraka belum siap memasuki
negeri itu, dan negeri itupun belum sedia menerima mereka”. [1]
Akhirnya umat Yahudi berhasil memasuki kanaan di bawah
Yoshua, setelah lebih dahulu memerangi penduduk
daerah Arab selama beberapa tahun. Setelah Yoshua meninggal, umat Israel
kembali lagi meninggalkan ajaran Musa, dan mulai menyembah Baal dan Astartes,
unsur-unsur ketuhanan bangsa kanaan. Atau mereka mulai membayangkan Tuhan,
Yehovah untuk dilambangkan sebagai ular. Tapi pelambangan ini segera
dihancurkan oleh Yehezekil. Ditempat lain Yehovah disembah dalam bentuk anak
sapi. Peti buatan musa bersama umatnya diangkat kemana-mana dianggap sebagai
salah satu tempat atau alat untuk disembah yang paling penting.
2.
Ketuhanan
Agama Yahudi
Kekuatan agama yahudi terletak pada
pensucian yang mutlak terhadap Tuhan dan kepercayaan yang tidak dapat
digoyahkan tentang perjanjian yang diberikan oleh Tuhan untuk segolongan umat
manusia yang terpilih yaitu Bani Israel. Agama Yahudi adalah agama yang pertama
sekali dalam sejarah yang mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa berdasarkan kitab
Taurat yang diwahyukan Tuhan kepada mereka. Namun keesaan Tuhan itu sudah
diajarkan pada Nabi-nabi sebelumnya.[2]
Proses keesaan Tuhan menurut
kepercayaan Yahudi adalah hasil perkembangan dari kepercayaan yang henotheis kepada kepercayaan yang
mengakui keesaan Tuhan, tetapi mengakui adanya Tuhan agama yang lain. Tuhan itu
merupakan saingan atau musuh Tuhan Yang Esa. Ketika masyarakat Yahudi masih
dalam tingkatan Animisme roh-roh
nenek moyang mereka disembah dan kemudian dalam tingkatan polytheisme menjadi Dewa, kata Hebrew
yang dipakai untuk Tuhan pada mulanya ilah
jamak dari kata eloh yaitu elohim. Kemudian tiba suatu masa dimana
salah satu Elohim ini yaitu Yehovah, Eloh dari bukit sinai menjadi Eloh
yang tunggal bagi masyarakat Yahudi. Yehovah menjadi Tuhan nasional Yahudi
tetapi belum menjadi Tuhan seluruh alam.
Dalam naskah-naskah Ibrani, nama
Tuhan ditulis dengan empat huruf mati, YHWH. Atau dapat di ucapkan Yahweh.
Kemudian orang-orang yahudi itu tidak mau menyebut nama itu lagi karna mereka
menganggap terlalu suci kemudian diganti dengan edonya dan lebih kemudian huruf
mati YHWH ditambah dengan huruf e-o-a, maka bacanya menjadi YeHoWaH atau
Yehowah.
3.
Nabi Nabi
Agama Yahudi
Agama
Yahudi dikenal juga sebagai agama banyak nabi. Bani Israel mengenal banyak
Nabi, semenjak zaman Ibrahim memperingatkan kaumnya supaya tidak menyembah
berhala dan harus keluar dari negeri mereka Khaldera, pergi ke Kanaan, bahaya
dan kesulitan yang menimpa kaum Israel mulai kelihatan timbul. Dari saat itu
dan seterusnya, bahaya dan kesengsaraan itu semakin meningkat terus, maka tidak
heran, Israel akhirnya mempunyai banyak Nabi.
Nabi-nabi inilah yang mengajarkan
kepada mereka, apa sebabnya mereka ditimpa malapetaka, mereka juga menyerukan
supaya orang kembali ke jalan yang benar, meningalkan kejahatan dan hidup dijalan Tuhan dan kebaikan. Para Nabi ini
adalah orang bijaksana, merek tahu bahwa “dari yang baik pasti datang yang
baik”. Maka sebab itu, raja yang zalim tidak senang pada merek, begitu juga
para imam dan pendeta kepada mereka.[3]
Hampir dari semua nabi ini adalah
orang-orang miskin, yang datang dari bukit-bukit Yudea, turun ke kota dan
kuil-kuil. Dan dimana saja dia dapat berkumpul dengan pendengar-pendengarnya,
disitu disampaikan pandangan-pandangan mereka. Para Nabi ini bukan hanya
mengajarkan kepada orang-orang Yahudi, bahwa mereka harus menempuh jalan yang
benar dan menghindari kesesatan, tetapi juga mereka mengatakan, bahwa “setiap
orang Yahudi harus menyatakan perang suci menentang kejahatan”. Jadi para umat
Yahudi mengemban tugas dalam hidup mereka, yaitu memerangi kejahatan dan
menyebarkan kebenaran.[4]
Kedudukan para nabi dikalangan umat
Yahudi adalah penting. Keyakinan yang dipegang Yahudi, yang membawa mereka
kepada kemenangan dan penuh dinamis, didasarkan kepada Taurat dan ajaran para
nabi taurat hukum, tidak hanya berhubungan dengan cara-cara bertingkah laku
yang baik, benar dan moral melainkan juga merupakan pengetahuan tentang Tuhan
dan kehendak Tuhan.
Orang-orang Yahudi menyebut ada
nabi-nabi yang dahulu dan nabi-nabi yang kemudian atau nabi-nabi besar dan
nabi-nabi kecil. Nabi yang terbesar itu adalah : Isaiyah atau Yesaya, Jeremia,
Ezekil dan Daniel, kemudian dilengkapi dengan nabi-nabi lainnya yaitu: Hosea,
Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nanhum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan
Maleakhi.
4.
Kitab Suci
Agama Yahudi
Kitab
suci Agama Yahudi, diakui juga sebagai bagian dari kitab suci Agama Kristen
dengan nama Perjanjian Lama. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, menjadi satu
kitab suci dengan nama Bible. Namun bagian dari bible yang terbesar, adalah
Perjanjian Lama, yaitu lebih kurang 75% dari keseluruhan isi kitab itu,
merupakan bagian Perjanjian Lama.
Umat Yahudi membagi perjanjian Lama menjadi :
a) .
Kitab
taurat, terdiri dari : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.
b) .
Kitab
Nabi-nabi, meliputi :
1) .
Nabi-nabi
yang dahulu yaitu: kitab Yusak, Hakim-Hakim, Samuel dan Raja-Raja.
2) .
Nabi-Nabi
Kemudian yaitu : Yesaya, Jeremia, Yehezkiel dan 12 nabi kecil mulai dari Hose
sampai dengan Maleakhi.
c)
Surat-surat,
terdiri dari: Mazmur, Ayub, Amtsal, Syirul Asar, Rut, Nudub, Al Khatib, Ester,
Daniel, Ezra, Nehemia dan Tawarekh.[5]
5.
Beribadahnya
Umat Yahudi
a).
Penyembahan
Kepada Tuhan
Musa berhasil menyelamatkan kaumnya
dari perbudakan di Mesir menuju suatu negeri yang dijanjikan untuk mereka.
Negeri yang dijanjikan itu digambarkan oleh Musa sebagai sutu negeri yang
digenangi susu dan madu, dijanjikan untuk bangsa Yahudi oleh Tuhan yaitu
Yehovah. Sebelum itu, Musa pergi ke gunung Sinai untuk mengikat perjanjian
antara Yehovah dengan bani Israel. Orang israel yang sudah bebas menyangka.
Bahwa di kaki gunung Sinai mereka akan berjumpa dengan Tuhan dalam bentuk sapi
jantan, anak sapi, atau burung hantu. Tapi ternyata mereka tidak melihat
sesuatu apapun selain dari gunung. Kemudian Musa langsung berangkat mendaki
gunung Sinai, menuju puncaknya dan berdiam selama 40 hari. Setelah itu, Musa
turun kembali dan membawa apa yang terkenal dengan sepuluh perintah Tuhan untuk
disampaikan kepada bani Israel. Diantara sepuluh perintah ini, yang langsung
menyangkut bidang ibadah hanyalah tiga perintah yaitu :
1) Jangan
kamu menyembah berhala.
2) Jangan
menyebut nama Yehovah dengan cara bermain-main
3)
Mensucikan waktu sabbath.
b) Bulan-bulan yang disucikan
Dalam agama
Yahudi terdapat bulan dan hari-hari dimana bulan dan hari itu memiliki suatu
yang sakral bagi umat Yahudi, dan dianggap sebagai hari yang suci.
B.
Ajaran-Ajaran
Agama Yahudi
Telah disebutkan
bahwa kitab suci pedoman Yahudi adalah Taurat, adapun di dalamnya berisi
Amar Sepuluh (wasiat sembilan),yaitu:
1.
Janganlah kamu menyembah selain
kepada Allah
2.
Janganlah kamu menyembah berhala
3.
Janganlah menyebut nama Allah dengan
bermain-main (bersenda gurau)
4.
Hendaklah memuliakan hari sabtu
yaitu hari Tuhan
5.
Hendaklah memuliakan ayah dan ibu
6.
Janganlah membunuh sesama manusia
7.
Janganlah berzina
8.
Janganlah mencuri
9.
Janganlah bersaksi palsu
C.
Asal-usul
nama Yahudi
Yahudi dikenal sepanjang sejarah dengan lebih satu
nama. Disebabkan banyaknya nama tersebut, maka sering terjadi kekeliruan tanpa
membedakan di antara nama-nama tersebut dalam tulisan berbahasa Arab pada
umumnya. Khususnya tulisan-tulisan di majalah dan koran yang menggunakan
istilah-istilah Ibri, Israel, dan Yahudi tanpa membedakan makna-makna dan
indikasinya dilihat dari historis dan agama. Sebenarnya semua nama-nama
tersebut memiliki makna tersendiri yang bersifat khusus dan pada waktu yang
sama mengisyratkan kepada fase sejarah tertentu dalam fase sejarah Yahudi.
1.
Nama Ibri
Nama ini
dinisbatkan kepada nabi Ibrahim As, karena
dalam Taurat ia disebut dengan Abram orang Ibrani. Dalam bahasa Ibrani, akar
kata ini mengandung makna pindah, atau melakukan suatu perjalanan, atau
menyebrang dari suatu tempat ke tempat lain. Dengan demikian maka makna Ibri
adalah orang yang berpindah.[6][2]
2.
Nama Israel
Nama Israel
mengandung dua pengertian; pertama bersifat umum, penisbatan kepada Israel,
yaitu Nabi Ya’qub As. Pengertian kedua mengandung makna khusus, nama israel
mengisyaratkan kepada kecenderungan politik dan geografi, kerajaan Israel di
Utara.
3.
Nama Yahudi
Bila dilihat
dari sisi sejarahnya, nama Yahudi menempaati urutan yang ketiga. Nama Yahudi
ini memiliki pengertian yang bersifat umum dan khusus. Dilihat dari pengertian
yang bersifat umum, Yahudi adalah nama yang diberikan kepada setiap orang yang
meyakini agama Yahudi, mempercayainya dan melaksanakan ritualnya. Nama ini bisa
disebut juga berasal dari salah satu anak nabi Is’haq As, Yahuda. Sedangkan
pengertian khusus, Yahudi mengisyaratkan kecenderungan kepada aliran politik
dan geografis tertentu, yaitu kerajaan Yahudza di Selatan.
D.
Perkembangan
Agama Yahudi
Diperkirakan bahwa sepertiga dari kebudayaan
Barat mempunyai ciri-ciri yang bersifat Yahudi. Kita merasakan kekuatannya pada
nama-nama yang kita berikan kepada putra-putri kita : Adam Smith, Noah Webster,
Abraham Lincoln, Isaac Newton, West, Sarah Teasdale, Gradma Moses. Michelangelo
merasakan pengaruhnya ketika ia memahat patung David dan melukis lukisan yang
indah di kapel utama Vatikan atas permintaan Paus Sixtus IV, tempat
upacara-upacara penting Vatican diadakan juga demikian halnya Dante sewaktu ia
menulis bukunya yang termansyur itu, Divina Comedia, dan buku Milton, Paradise
Lost. Amerika sendiri menunjukan warisan keyahudiannya dalam cap yang tidak
mungkin dipupus pada kehidupan kebersamaannya yakni pada kalimat “demi
Penciptanya” yang tercantum dalam Pernyataan Kemerdekaan Amerika Serikat
(Diclaration of Independence), dan kata-kata yang tercantum dalam Genta
Kemerdekaannya ”Menyatakan Kemerdekaan ke seluruh dunia”. Namun dampak yang
paling pengaruh pandangan keyahudian itu meresapi peradapan Barat, khususnya
tentang masalah-masalah yang paling dasar dari kehidupan ini. [7]
Sewaktu akhirnya mereka memutuskan
untuk menetap, daerah yang mereka pilih juga tidak menarik perhatian. Dengan
jarak sekitar 150 mil dari dan ke Beersheba, dan di Yerusalem luasnya kira-kira
50 mil dan di banyak tempat lebih kecil lagi, dan Palestina dapat di ibaratkan
sebagai sebuah “negerisebesar perangko,” kira-kira seperdelapan negara bagian
illinois di Amerika Serikat. Kekurangan dalam hal ukuran besarnya negara itu
tidak diimbangi oleh keindahan dan kesuburan tanahnya. Para wisatawan yang
mengunjungi negeri Yunani dn mendekaki Gunung Olympus amat mudah membayangkan
bahwa dewa-dewa memang memilih untuk berdiam di gunung yang indah itu.
Sebaliknya, Palestina merupakan suatu negeri yang biasa saja bahkan menanyakan
“Apakah para Nabi, dalam kesuraman ramalan yang mereka rasakan, menggelegarkan
petir keyakinan mereka dari bukti-bukti yang sunyi ini, yang seluruhnya terbuka
lebar ke langit yang terbentang luas? Apakah perang-perang yang mengerikan yang
diceriterakan dalam Kitab Suci itu berkecamuk di daerah ini?... Alangkah
mustahilnya kelihatan bahwa semua hal yang mengagumkan itu muncul dari sejarah
bukti-bukti kecil yang sepi ini, yang sana-sini ditemui kumpulan batu dan
gerombolan ternak yang sedang makan rumput-rumputan, dibawah langit yang
terlihat pucat dan jernih itu.”[8] Jika
ditinjau dari luasnya saja, sejarah umat Yahudi itu sendiri bahkan tidak
mengesankan. Tentu saja bukan merupakan sejarah yang membosankan, tetapi
menurut ukuran lahiriah, sejarah mereka lebih mendekati sejarah
kelompok-kelompok masyarakat kecil lainnya yang tidak terhitung jumlahnya,
seperti sejarah penduduk semenanjung Balkan, atau mungkin juga seperti sejarah
suku-suku Indian di Amerika sebelum kedatangan Columbus. Mereka terusir dari
kampung halamannya dan berusaha mati-matian untuk kembali. Dibandingkan dengan
sejarah Assyria, Babylon, Mesir, dan Syria, sejarah umat Yahudi ini hanya
merupakan suatu catatan kecil belaka.
1. Makna
Tuhan
“Pada
mulanya Tuhan....,” demikian kalimat pertama dari kitab suci orang Yahudi.
Sejak dari awal sampai akhirnya, pencarian orang Yahudi untuk memperoleh makna
dalam kehidupan ini berakar dalam pengertian mereka tentang Tuhan.
Adapun
pandangan hidup seseorang, pandangan hidupnyaitu harus memperhitungkan adanya
“sesuatu yang lain.” Ada dua alasan untuh hal ini. Pertama, tidak seorang pun
yang sungguh-sungguh akan berpendapat bahwa ia menciptakan dirinya sendiri dan
karena ia tidak, maka orang lain (yang bersifat manusiawi seperti ia) juga
tidak mungkin meciptakan dirinya sendiri. Dari hal ini timbul kesimpulan bahwa
manusia berasal dari sesuatu yang berada di luar dirinya sendiri. Dari hal ini
timbul kesimpulan bahwa manusia berasal dari sesuatu yang berada di luar
dirinya sendiri. Kedua, setiap orang pada suatu saat merasakan bahwa kekuatannya itu terbatas. Mungkin berbentuk
sebuah batu karang yang terlalu berat untuk diangkatnya, berupa gelombang
pasangan yang menyapu habis kampungnya karena ia tidak berhasil membendung
ombak itu dengan kuat. Karena itu merupakan bagian dari “sesuatu yang lain”
dari mana ia “berasal,” yang merupakan “sesuatu yang lain” yang berhadapan
dengannya.
2. Makna
Pencipta
Dalam
bukunya The Brothers Karamzov, Dostoyevski menghadirkan tokoh Ivan yang berkata
dengan marah : “Saya tidak mau menerima dunia yang diciptakan Tuhan ini, dan
walaupun saya tahu bahwa dunia itu memang ada, saya tidak mau menerimanya sama
sekali. Anda harus mengerti, bahwa bukannya saya tidak menerima Tuhan itu
sendiri, tetapi dunia ciptaaNya inilah yang tidak saja terima dan tidak dapat
saya terima”.
Barangkali
Iva bukanlah satu-satunya orang yang menemukan bahwa Tuhan itu baik, tetapi
dunia dunia tempat kita hidup ini tidak baik. Seluruh sistem filsafat (seperti
filsafat Sinisisme di antara orang-orang Yunani), dan bahkan agama-agama
(seperti Jainisme di India) juga bersikap demikian. Melawan segala bentuk
pesimisme dunia, catatan yang memuat pandangan hidup orang Yahudi dimulai
dengan pernyataan : “Pada mulanya Tuhan menciptakan langit dan Bumi.[9]
3. Makna
Manusia
Unsur
pemikiran yang paling dalam pemikiran manusia cenderung menjadi pemikirannya
tentang dirinya sendiri. Juga dalam hal ini orang Yahudi mencari makna. Orang
Yahudi kuno juga sangat menaruh perhatian kepada manusia, tetapi mereka bukan
sekedar mencari fakta belaka mengenai manusia itu. Yang mereka inginkan adalah
kebenaran untuk hidup manusia agar supaya dapat mengarahkan kemampuan kreatif
yang paling tinggi yang mampu dicapai oleh manusia.
4. Makna
Sejarah
Marilah
kita mulai uraian ini dengan suatu kontras. Bernhard Anderson menulis :
“Menurut filsafat dn agama-agama yang paling klasik, realitas terakhir
terungkapjika manusia menembus tabir peristiwa-peristiwa yang terjadi ini, yang
kita sebut “sejarah,” baik melalui kontemplasi rasional baik melalui mistik.
Tujuan yang ingin dicapai adalah suatu pengertian tentang adanya tatanan yang
rapi dari kenyataan yang ada, yang tidak terpengaruh oleh peristiwa sehari-hari
yang berubah-ubah ini, atau oleh nasib manusia yang tidak dapat diramalkan ini.
Dalam agama Hindu, misalnya dunia pengalaman inderawi dipandang sebagai maya,
khayal oleh karena itu orang yang beragama mencari pembebasan dirinya dari
pengaruh putaran roda kehidupan ini agar pribadinya itu melarut ke dalam Jiwa
Dunia, Brahman. Atau, para filsuf Yunani memandang dunia ini sebagai suatu
proses yang alamiah yang selalu mengikuti rencana yang masuk akal, ibarat
pergantian musim yang lainnya. Namun para filsuf dapat melambung tinggi di atas
sejarah yang selalu terulang dengan cara memusatkan perhatiannya kepada hal-hal
mutlak yang tidak berubah yang merupakan bagian dari tatanan yang abadi. Kedua
jenis pandangan tersebut di atas amat jauh berbeda dengan ajaran Kitab Suci
Perjanjian Lama bahwa Tuhan justru berada dalam segala keterbatasan dari dunia
yang penuh dengan perubahan dan perjuangan ini, unik, khusus dan yang tidak
akan terulang itu sendiri. Bagi Kitab Suci Perjanjian Lama, sejarah itu bukanlah
maya juga bukan sekedar proses berulangnya peristiwa-peristiwa alamiah sejarah
merupakan gelanggang dari kegiatan tuhan yang penuh dengan makna.[10]
5. Makna
Keadilan
Peradaban
Barat berutang budi sekumpulan orang luar biasa yang kita sebut Nabi lebih dari
siapa pun juga dalam hal keyakinan gandanya yaitu :
1. bahwa
masa depan masyarakat manapun juga sebagian besar terletak pada keadilan dari
tatanan sosialnya.
2. Bahwa
masing-masing pribadi ikut bertanggung jawab atas keadaan masyarakatnya seperti
juga atas kerapian dari hidup pribainya sendiri.
PENUTUP
Kesimpulan
Yahudi
memiliki beberapa nama yaitu ibri,
israel, dan yahudi. Dalam
perjalanan panjang sejarahnya, umat Yahudi pernah merasakan masa-masa keemasan
seperti zaman Daud dan Sulaiman. Sedangkan jika kita memperhatikan sifat
gerakan-gerakan keagamaan terbagi kepada sejumlah corak dan bentuk keagamaan
yang berbeda satu sama lain dalam hal bentuk, isi, sasaran yang hendak
dicapainya, dan tujuan yang menjadi penyebab kemunculannya.
Daftar
Pustaka
Bahrudin Daya, Agama
Yahud. 1982. Yogyakarta: PT Bagus Arafah.
Hermawati. Sejarah
Agama dan Bangsa Yahudi. 2004. Jakarta: Rajawali Pers.
Muhammad Khalifah Hasan. Sejarah Agama Yahudi. 2009. Jakarta:Pustaka Al Kausar.
[1] A. Maheswara. 2007. Rahasia
Kecerdasan Yahudi. Yogyakarta: Pinus Book Publiser. Hlm. 13
[2] Ahmad
Shalaby, Perbandingan Agama Islam, ( Jakarta : Rineka Cipta ) hal 19
[3] Muhammad
Khalifah Hasan, Sejarah Agama Yahudi. hal
9
[4] Ibid,. Hal 10
[5] Ibid,.
Hal 12
[6][2]
Ibid,. Hal 10
[7] The New Yorker, 4 Desember 1954, hlm. 204-205.
[8] Henri Frankfort, The Intellectual Adventive of Ancient Man (Chicago:
University of Chicago Press, 1946), hlm. 363.
[9] William Shakespeare, Julius Caesar, Bab IV, Adegan 3, hlm 217.
[10] W.F. Albright dalam Approaches to World Peace (New York: Council on
Science, Philosophy and Religion, 1943). Hlm. 9.
Comments
Post a Comment