Skip to main content

MAKALAH PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

 

BAB I     

PENDAHULUAN

A.   Pendahuluan      
            Salah satu cara untuk mengamati perilaku Islam di dunia adalah dengan bercermin pada Islam di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah.       

             Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya. Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti. Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia. 
Di Indonesia Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas. Oleh karena itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat? Itu tidak terlepas dari usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan mempertahankan Islam di Indonesia.
Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan agar pesan ini tidak punah.    
Pada makalah ini, kita akan mempelajari tentang Islam di Indonesia.           

B.   Rumusan Masalah           
1.  Proses masuknya Islam di Indonesia ?
2.  Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?       
3.  Karakteristik Islam di Indonesia?     
4.  Sekte-sekte Islam?    












                                                                
 
                                                        BAB II       
                   
                            PEMBAHASAN

A.   Proses Masuknya Islam di Indonesia  
      Mengenai proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang pesisir Utara. Dalam hal ini yang membawa dan memperkenalkan Islam kepada masyarakat Nusantara adalah para saudagar-saudagar muslim baik yang dating dari Gujarat maupun Arab dengan cara berdagang. Dari hubugan berdagang inilah maka akhinya mereka saling mengenal dan terjadilah hubungan yang dinamis di antara mereka. Latar belakang sejarah bekembangnya kelompok-kelompok pedagang muslim di kepulauan Nusantara ini merupakan indikasi bahwa Islam disebarluaskan kepada masyarakat nusantara. Oleh para saudagar  muslim. Mereka tidak semata-mata berdagang melainkan juga berdakwah. Pada mulanya proses penyebaran Islam (terutama di pulau jawa) masih terbatas hanya di daerah-daerah pantai, namun sejak abad XV kota-kota di dekat pantai, baik di Jawa, Sumatera, maupun daerah-daerah lain berubah menjadi wilayah yang berpenuduk muslim. Dari uraian di atas jelaslah bahwa masuknya Islam ke Nusantara adalah melalui dua jalur,        yaitu jalur darat dan jalur laut.[1]                    
      Melalui jalur darat Islam di bawa dari makkah melalui Baghdad Kabul-Kashmir, lalu singgah di Siangkiang diteruskan Malaka melalui daerah pesisir. Setelah mendapat pengikut di semenanjung melalui jalur laut, mula-mula Islam disebarkan dari Jedah menuju Aden (sekarang Yaman) terus ke Maskat dan Baisut (keduanya termasuk daerah Oman). Dari Oman kemudian ke pantai Malabar terus ke kodonggalor, Qulam Nali (Qutan) dan kalian (semuany termasuk wilayah Indonesia), kemudian ke negri Cyilon dan melalui pantai Koromandel (India) menuju Saptagrum (dekat Kalkuta), menuju Chittagong (Bangladesh) dan Akhjab (Birma) kemudian dari Birma akhirnya Islam sampai ke           Nusantara melalui dua jalur,       yaitu:
      Melalui Malaka, pantai Kantom(Cina Selatan), Kucin Barunai dan akhirnya sampai di kepulauan Mindanau, peurelak, Samudera Pasai, Kuta Raja, Lamua, Barus, Padang, Banten, Jepara,Gresik, Ujung pandang Ternate,  Tidore.
      Para sejarawan menetapkan bahwa pembawa Islam k Indonesia ada 2 golongan yaitu saudagar dari Gujarat dan
Arab.

1.   Orang        Gujarat terbukti dengan:       
      a.     perdagangan (hubungan dagang)         
       b.     Ukiran-ukiran Arab dalam kuburan Islam di Indonesia dengan motif Gujarat        c.     Adanya gelar syah.       
       d.     Adanya persamaan antara India dengan Indonesia.    
       e.     Adanya madzhab  Syi’a  di Indonesia, seperti wahdatul wujud.                                
2.   Para saudagar dari Arab dengan alasan:      
      a.     Sudah adanya perdagangan pantai antara Arab dan Indonesia melalui lautan se-
             bagai terminal menuju Cina.                 
      b.   Franus Daj dalam bukunya The Lord of Preverela, menyebutkan bahwa orang
             Arab sudah lama menetap di Malabor India, yaitu orang Oman dab Hadramzut.
     c.    Adanya berita al-Mas’udi, ia mengatakan bahwa pada tahun 675M. terdapat le-
             bih kurang 10.000 orang yang berasal dari Malabor (Nunjud Dzannab).
     d.   Telah ada keluarga orang Arab di Sumatera pada tahun 675M. sebagai utusan
            dari Arab untuk kunjungan ke Kalingga.[2]         

B.   Perkembangan Islam di Indonesia      
1.    Babak Pertama, Abad 7 Masehi (Abad 1 Hijriah)  
         Pada abad 7 M, islam sudah sampai ke Nusantara. Para da’i yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni jalur sutera (jakur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara.

Sampainya dakwah di Indonesia yakni melalui para pelaut dan pedagang yang membawa dagangannya dan juga membawa akhlak islami dan sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang islami.     
Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara, dari komunitas-komunitas Muslim yang berada di daerah-daerah pesisir yang terus berkembang sampai akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan Islam.    

2.    Babak Kedua, Abad 13 Masehi      
         Pada abad ini berdiri kerajaan-kerajaan Islam di berbagai penjuru Nusantara. Pada abad 13 Masehi ada fenomena yang disebut Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui berbagai cara dan saluran, antara lain:

a.    Perdagangan
b.    Pernikahan  
c.    Pendidikan (pesantren)        
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya Indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran islam.   

d.    Seni dan Budaya     
          Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Para wali juga mengubah lagu-lagu tradisional dalam langgam islami. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.

e.    Tasawuf

Ajaran tasawuf pada dasarnya mirip dengan ajaran Hindu, yaitu praktek Islam yang mengedepankan kehidupan yang sederhana dan banyak mendekatkan diri pada sang Khalik. Dengan ini, Islam dengan mudah dapat diterima karena memiliki keserupaan dengan alam pikiran penduduk pribumi yang sudah memiliki latar belakang agama nenek moyang mereka.

3.    Babak Ketiga, Masa Penjajahan Belanda   

        
           Pada abad 17 Masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda ke Indonesia dengan kamar dagangnya VOC, semenjak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dijajah oleh Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.  

Pada masa itu, ketika penjajahan datang, pesantren-pesantren diubah menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri menjadi jundullah (pasukan Allah SWT) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Ulama-ulama menggelorakan jihad melawan Belanda.

4.    Babak Keempat, Abad 20 Masehi  

          
          Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya hanya membawa manfaat bagi lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebsenarnya bertujuan untuk mensosialkan ilmu-ilmu Barat yang jauh dari Al Quran dan Hadits dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin dipegang lagi oleh orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikan tidak seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu pemimpin-pemimpin pergerakan adalah dari golonhan bangsawan. Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih bersifat organisasi formal daripada dengan senjata.   


5.    Babak Kelima, Pasca Kemerdekaan

          Setelah Indonesia merdeka, perkembangan islam dengan sendirinya mengalami pergeseran. Dakwah Islam di Indonesia banyak dikembangkan oleh institusi-institusi seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persis, dan lain-lain. Hingga sekarang dakwah Islam lebih banyak dimainkan oleh organisasi-organisasi Islam ini, terutama Muhammadiyah dan NU.          
Pada masa ini juga berlangsung “pemurnian Islam” yang merupakan pengaruh dari perkembangan pemurnian Islam di Timur Tengah. Jadi pengertian Islamisasi pada ranah ini adalah usaha untuk “mengislamkan” orang Islam. Maksudnya membersihkan umat Islam dari unsur-unsur keyakinan lama yang tidak ada kaitannya dan bahkan dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, berupa bid’ah, khufarat, dan tahayul.
Usaha Muhammadiyah untuk melakukan pemurnian agama sebagian mendapat tantangan dari NU. Ini disebabkan karena beberapa praktek NU, seperti tahlilan, talqin. Dan mengazani orang mati dianggap bid’ah (mengada-ada) oleh Muhammadiyah. Sampai sekarang perbedaan pendapat masih ada. Namun, sekarang ini masing-masing pihak sudah dapat menerima satu dengan yang lainnya.

Di era reformasi, kekuatan-kekuatan Islam yang baru bermunculan. Ini disebabkan karena beberapa hal:       

1.     Adanya kebebasan mengemukakan pendapat pendapat di muka umum.

2.     Jalur pendidikan Islam di luar negeri, baik di Timur Tengah maupun negeri-negeri Barat.

3.     Krisis ekonomi yang berdampak pada krisis-krisis lain baik dibidang sosial, pendidikan, maupun agama.    

Perkembangan model-model pemahaman Islam tersebut dengan sendirinya menambah keragaman Islam di Indonesia. Tampaknya Islam yang dapat diterima di Indonesia sudah pasti adalah Islam yang dapat berdamai dengan Negara. Sejauh ini, Muhammadiyah dan NU tetap konsisten pada semangat ini.       
Pada babak ini proses dakwah di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi dengan gerakan-gerakan Islam internasional secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses dakwah di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awal masuknya Islam yg secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat.     
Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yangg perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian, Allah Subhanahu wa ta’ala mentakdirkan Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.[3]
C. Karakteristik Islam di Indonesia   
1.    Majemuk / Plural    
          Kemajemukan merupakan ciri khas masyarakat Indonesia pada umumnya. Keragaman model-model beragama dapat ditemukan di dalam Islam. Seorang antropolog Amerika Serikat bernama Clifford Geertz pernah membagi perilaku keberagaman umat Islam Indonesia ke dalam tiga kelompok, yaitu abangan, santri dan priyai.

Abangan merupakan turunan dari kata abang (Jawa: merah). Istilah abangan dipakai bagi pemeluk Islam yang tidak begitu memperhatikan perintah-perintah agama Islam dan kurang teliti dalam memenuhi kewajiban-kewajiban agamanya.      
Santri merupakan penganut islam yang taat. Istilah ini seringkali kita dengar untuk menyebut orang-orang yang belajar di pesantren.    
Priyai adalah kelompok ketiga penganut Islam, yang menurut Greetz adalah kelompok Islam kelas elit. Biasanya adalah mereka yang disebut sebagai Muslim birokrat atau Muslim berdasi.    
2.    Toleran        
           Toleransi adalah salah satu semangat dari Islam. Semangat ini tumbuh seiring dengan “perkawinan” antara budaya Islam dan budaya lokal. Sehingga corak singkretisme (campuran faham) tidak  isa dihindarkan.    
Sifat toleransi Muslim Indonesia muncul karena bangsa Indonesia disatukan dalam rumpun budaya. Muslim Indonesia sudah terbiasa dengan ragam budaya dan agama sejak mula kedatangannya.  
3.    Moderat       
           Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat. Moderat dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan keagamaan yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrim dan tidak liberal. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, umat Islam adalah mayoritas di negeri ini, iini berarti bahwa religiusitas bangsa Indonesia adalah cerminan religiusitas umat Islam itu sendiri. Islam indonesia merupakanagama yang melindungi kehidupan agama dan kepercayaan lain. Agama dan kepercayaan lain dapat hidup aman dan damai di tengah-tengah mayoritas umat Islam. Hal ini tentu saja berbeda dengan keadaan umat Islam di beberapa negara yang hidup mayoritas di tengah-tengah  mayoritas agama lain.   
4.    Singkretik    
          Singkretisme juga bisa dikatakan merupakan akibat dari akulturasi Islam dan budaya lokal. Makna singkretik di sini maksudnya adalah adanya campuran unsur Islam dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan semangat fundamental Islam itu sendiri.

Singkretisme Islam dan budaya lokal inilah yang melahirkan Islam dalam bentuknya sekarang. Sebagai contoh, tradisi menggunakan peci hitam sebenarnya adalah tradisi orang-orang Turki yang kemudian menjadi pakaian orang Indonesia, terutama oleh orang-orang Islam. Demikian pula dalam ritual-ritual Islam, unsur-unsur budaya lokal masih sangat jelas, termasuk pada sebagian bangunan masjid. Jadi meskipun berasal dari Timur Tengah, tampilan Islam di Indonesia tidak selalu bernuansa Arab.[4]

 

 

 

D.   Pembagian Sekte – Sekte dalam agama islam
Adapun pembagian sekte-sekte dalam agama islam sebagai berikut:

a.      Sunni

          Sekte Sunni merupakan yang terbesar dalam dunia Islam, memakai gelar Najiah yang berarti mereka yang "diselamatkan". Mereka mengakui keempat Khalifah pertama sebagai pengganti-pengganti sah Muhammad. Mereka mengakui "keenam kitab yang benar".

Sekte Sunni  merupakan pengikut terbanyak sengenap wilayah penjuru Islam, termasuk di Irak dan Iran. Sekta Sunni biasanya di sebut dengan golongan atau di panggil dengan sebutan Ahlu Sunnah Wal Jam’ah. Makna Ahlu Sunnah Wal Jam’ahterdiri dari dua suku kata yaitu ’ahlu’ yang berarti keluarga, pemilik, pelaku atau seorang yang menguasai suatu permasalahan, dan kata ’sunnah’. Namun bukanlah yang dimaksud di sini sunnah dalam ilmu fiqih, yaitu perbuatan yang mendapat pahala jika dilakukan, dan tidak berdosa jika ditinggalkan.

Akan tetapi Sunnah adalah apa yang datang dari Nabi baik berupa syariat, agama, petunjuk yang lahir maupun yang bathin, kemudian dilakukan oleh sahabat, tabiin dan pengikutnya sampai hari Kiamat.

Dengan demikian definisi Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sunnah para sahabatnya. Sehingga Imam Ibnul Jauzi berkata, “Tidak diragukan bahwa orang yang mengikuti atsar (sunnah) Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya adalah Ahlus Sunnah Sedangkan kata ”Al Jama’ah” artinya bersama atau berkumpul. Dinamakan demikian karena mereka bersama dan berkumpul dalam kebenaran, mengamalkannya dan mereka tidak mengambil teladan kecuali dari para sahabat, tabiin dan ulama–ulama yang mengamalkan sunnah sampai hari kiamat. Karena merekalah orang-orang yang paling memahami agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

Namun yang perlu digaris-bawahi di sini adalah bahwa Al Jama’ah adalah orang-orang yang berada di atas kebenaran, bukan pada jumlahnya.

Jumlah yang banyak tidak menjadi patokan kebenaran, bahkan Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (al-An’am: 16). Sehingga benarlah apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu: “Al-Jama’ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian”.

Ringkasnya, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya, dan dalam memahami dan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tersebut mereka meneladani praktek dan pemahaman para sahabat, tabi’in dan orang yang mengikuti mereka.

Dan makna ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tentang satu golongan yang selamat pada hadits: “yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku dihari ini”.

b.      Syiah

         Syi'ah berarti "pengikut". Syi'ah adalah pengikut-pengikut Ali yang mempertahankan bahwa dia adalah Khalifah dan Imam yang pertama dan yang benar sebagai pengganti Nabi. Sekte ini berkembang ditanah Iran dan di lembah Irak. Sekta Syiah tersebut memiliki ciri khas yaitu sangat memuliakan Khalifah Ali bin Abi thalib berserta turunannya. Ali bin Abithalib adalah saudara sepupu Nabi Muhammad, di pelihara dan dibesarkan oleh Nabi Muhammad, kemudian dikawinkan dengan puteriNya yang bernama Fathimah Al Zuhra. Dari hasil perkawinan itu Ali bin Abi thalib memperoleh dua putera yang di beri nama Alhasan dan Alhussain. Alhasan dan Alhussain adalah cucu dari Nabi Muhammad. Namun pengkultusan sekte Syiah kemudian lebih dominan memuliakan turunan selanjutnya dari garis Alhussain, yaitu cucu Nabi yang bungsu.

Nama lain Syi'ah adalah "pengikut-pengikut dari dua belas".Sedangkan sekte Sunni mentindirnya dengan memanggil "Rafidi" atau "Pemurtad kebenaran".Syi'ah dengan gigih mempertahankan bahwa hanya merekalah yang benar dalam pengertiannya tentang Islam. Sama halnya dengan Sekte Sunni, mereka menyebut dirinya Al-Muminun atau "Orang-orang percaya yang benar". Mereka percaya akan hak keilahian pengganti-pengganti Ali. Menurut mereka, pengganti yang berhak saat ini sedang bersembunyi, dan akan muncul pada akhir dunia sebagai "Mahdi" yaitu seseorang yang sungguh-sungguh benar dipimpin oleh Allah, dan karenanya akan sanggup memimpin yang lainnya. Mereka telah terpecah-pecah menjadi sekte-sekte yang lebih kecil. Selain itu, Syi'ah menolak keenam "kitab Sunni" dan memiliki lima kitab koleksi mereka sendiri. Umat Syi'ah banyak terdapat di Iran, mereka telah menggulingkan Shah Iran dan menobatkan Ayatollah Khomeini sebagai penggantinya serta memberlakukan hukum Islam sebagai peraturan pemerintah. Khomeini juga telah menyimpang jauh dengan memproklamasikan bahwa perintahnya adalah setingkat dengan perintah nabi Muhammad.

c.       Khawarij

         Sekte Khawarij yaitu kelompok yang berciri khas Independen dan merekatersebar pada daerah pedalaman Arabia. Dan mereka tidak mengakui Khalifah Ali, khilafah Umayyah, dan Khilafah Abbasiah. Sekta Khawarij ini berpendirian bahwa mereka sajalah Muslim Murni dan selebihnya itu kafir, menurut mereka. Kelompok Khawarij ini pada masa Daulah Umayyah dan Abbasiah, sering membikin kekacauan dan memperkembangkan ajaran sendiri, dan merekapun juga terbagi kedalam beberapa kelompok aliran. Kemudian kelompok Khawarij ini dapat dilenyapkan dari pengaruh mereka terhadap kehidupan masyarakat. Kelompok khawarij ini juga terkenal dengan Zahid, yaitu taat beribadah, hidup sederhana, fanatik pada agama Islam, dan mereka sangat benci menyaksikan gaya hidup para pembesar Khilafah.

d.      Wahabi

         Pendiri sekte Wahabi adalah Abdul Wahabi. Lahir di Nejd tahun 1691. Ia berpendapat bahwa umat muslim telah menyimpang dari aturan-aturan yang dibuat Muhammad. Dia hanya menerima Alquran dan hadits serta menolak kedua dasar lainnya, Ijma dan Qiyas. Dia mengutuk pemujaan orang-orang suci yang telah mati dikuburan-kuburan.Wahabi berkata: Mereka (pemuja - pemuja) berlari ke sana untuk membayar kewajiban doa-doa mereka yang sungguh sungguh. Dengan cara ini mereka berpendapat bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan duniawi dan rohani. Dari mana mereka mendapatkannya? dari dinding-dinding yang terbuat dari lumpur dan batu, dari mayat-mayat yang disimpan dihadapan Dia yang selalu hadir dan memuliakan Dia yang satu-satunya atau yang tidak ada bandingannya.
Jeritan perang Wahabi ialah "bunuh dan cekik semua kafir yang memberi pendamping kepada Allah". Pada waktu perang, pendiri Wahabi memberi masing-masing serdadunya sebuah surat yang dialamatkan kepada Bendahara Surga. Surat itu dimasukkan dalam sebuah tas yang digantungkan di leher prajurit. Prajurit percaya bahwa bila mati dalam pertempuran,dia akan langsung ke surga tanpa diperiksa oleh malaikat-malaikat Munkar dan Nakir. Banyak sekali tawanan perang orang-orang Iran menceritakan kepada orang Irak yang menawannya bahwa mereka ditipu untuk menggantungkan sebuah Alquran kecil dileher sehingga mereka dapat hilang dari pandangan dan tak terlihat oleh musuh! Wahabi mengutuk para peramal, kepercayaan akan tanda-tanda dan yang mempercayai hari-hari mujur dan sial, demikian juga yang sembahyang di kuburan. Mereka melarang penggunaan tasbih, tetapi menganggap berpahala besar bagi orang yang menghitung nama-nama Tuhan yang sembilan puluh sembilan itu dengan jari-jarinya.

e.       Suffi

         Arti nama Suffi masih dipersoalkan. Suffi adalah sekte Islam yang mengesampingkan arti harafiah kata-kata Muhammad yang diduga mengandung pengertian rohani.  Cara mereka yaitu menyesuaikan Islam dengan filosofi India yang ada dalam kitab Weda. Mereka percaya bahwa hanya Allah yang ada. Semua benda yang kelihatan sesungguhnya antara yang baik dan yang jahat.Allah yang menetapkan keinginan orang. Perpindahan antara yang baik dan jahat, dalam kenyataannya diterima. Tugas utama Suffi, ialah bersemedi pada kesatuan Tuhan dan mengenang nama Allah untuk mencapai pembebasan. Pengikut Suffi sangat banyak di Iran yang dulunya disebut Persia. Ketiga penyair Persia, Jami, Sa'di dan Hafiz adalah penganut Suffi yang hidup di dalam kasih untuk Tuhan. Banyak tulisan orang Suffi Persia yang memuat ayat-ayat yang tidak layak. Suffi terpecah-pecah menjadi sekte-sekte yang jumlahnya banyak sehingga timbul beraneka ragam aturan tentang Fakir dan Darwesh. Fakir, adalah kata Arab yang berarti miskin. Darwesh adalah kata sepadannya dalam bahasa Persia yang berasal dari kata, "dar", yaitu pintu; diartikan sebagai seseorang yang meminta-minta dari pintu ke pintu. fakir di bagi dalam dua kelas besar yaitu mereka yang mengatur kehidupannya berdasarkan prinsip Islam dan mereka yang tidak,walaupun mereka sama-sama menyebut dirinya orang muslim.

f.       Ahmadiyyah

          Ahmadiyah ialah sekte Islam terbaru. Anggota-anggotanya tidak diakui sebagai muslim di Pakistan karena mereka menerima Minza Ghulam Ahmad sebagai nabi mereka di samping Muhammad. Mereka juga percaya bahwa Yesus disalib tetapi tidak benar-benar mati. Dia hanya pingsan di atas kayu salib dan disadarkan kembali tiga hari kemudian di dalam kubur.[5]          











 




















                                                    BAB III          
                                                   PENUTUP

A.     Kesimpulan

Ada beberapa pendapat mengenai masuknya islam ke Indonesia.  Teori yang dapat dijadikan sebagai acuan juga tidak hanya satu. Jadi memang datangnya agama islam ke Indonesia belum diketahui secara pasti, ini dikarenakan kejadiannya telah berlangsung sejak dahulu. Sehingga orang pada masa kini hanya bisa menerka-nerkan prosesnya. Namun  bersamaan dengan itikad itu, kita juga dapat memperoleh pelajaran mengenai masuknya islam ke Indonesia sehingga bisa menambah wawasan dan memperkokoh iman islam kita.  
Pembagian sekte-sekte dalam agama islam:      
a.      Sunni.
b.      Syiah.
c.      Khawarij.
d.      Suffi.
e.      Ahmadiyyah.


























                                          DAFTAR PUSTAKA         

M.Yahya Harun, Sejarah Masuknya Islam di Indonesia, Jakarta: Kurnia kalam Semesta, 1999

http://firmansyam22.blogspot.com/2015/03/pengertian-sekte-sekte-dalam-ajaran.html

https://ferarita.wordpress.com/2012/01/14/makalah-islam-di-indonesia/ 



[1]  M.Yahya Harun, Sejarah Masuknya Islam di Indonesia, Kurnia kalam Semesta, Jakarta, 1999, hlm. 3.

[2] Ibid, hlm. 4-5

[3] https://ferarita.wordpress.com/2012/01/14/makalah-islam-di-indonesia/  di akses pada 7 juni 2015, jam 16.07

[4] Ibid.

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH KERAJAAN SAMBAS    1.ASAL MULA SAMBAS Kesultanan Sambas sebuah Negeri berpenduduk mayoritas Etnis Melayu,dengan luas 20.940 km² ,bandingkan dengan kesultanan Brunai (5.765 km²). Pada tahun 1915 Negeri Sambas berpenduduk 130.000 jiwa,yang terdiri dari berbagai etnis atau suku kaum : -Orang Eropa 100 jiwa -Suku Dayak 26.000 jiwa -Orang Arab dan Timur asing lainya 270 jiwa -Cina (tionghoa) 30.000 jiwa -Melayu Jawa dan Bugis 67.000 jiwa Pada tahun 1988  Sambas berpenduduk 895.900 jiwa,dan merupakan sebuah kabupaten dibawah kedaulatan NKRI. Pada masa pemerintahan Sultan Muhhammad Syafi’uddin I yang dinobatkan pada tanggal 10 Zulhijjah hari Senin tahun 1040 H(9 Juli 1631 M ).nama Sambas sudah dipergunakan dan telah dipergunakan jauh sebelum itu GAMBAR 1. GERBANG DEPAN ISTANA SAMBAS Di era kerajaan Majapahit dizaman kekuasaan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada,kerajaan Sambas disebut sebut sebagai satu kerajaan di Borneo yang berada dibawah ke...

MAIN GULI

Istilah Dalam "Main Guli / Pal" Ini Mengingatkan Kita Akan Masa Lalu. Baca Istilah Dalam Main Guli Disini. Sambas Post- Istilah dalam permainan guli ini ditulis oleh Riecko Ananda ( pengguna facebook ). Seperti apa istilahnya, yuk kita simak. Check it out. Istilah dalam permainan kelereng ( Maing Pal/Maing Gulli ) dalam Bahasa Melayu Sambas. 1. Bah Pal/buah Pal atau Gulli ( kelereng/guli/gundu ). 2. Ninting/Nujju ( membidik kelereng lawan ). 3. Maccut/Simaccut ( membidik kelereng lawan dengan keras/kuat). 4. Nyumbat ( tepat pada sasaran ). 5. Ngintis ( bidikan mengenai sedikit sisi samping/atas kelereng lawan ). 6. Nginnal ( kelereng berputar ). 7. Tumbi' ( kelereng pada posisi teratas ). 8. Nguncang ( menempatkan posisi kelereng percis berdekatan dengan yang diinginkan ). 9. Efekkan ( jarak antara kelereng lawan hanya sejengkal ) 10. Kuccu' ( kebanggaan/kelereng yang menjadi kebanggan yang selalu dipakai dalam setiap permainan ). 11. Lansut ( membidik dengan keras...

makalah komunikasi lintas budaya

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Peristiwa-peristiwa perubahan kebudayaan selalu melanda semua bangsa dan negara di dunia, walaupun luas permasalahan dan tingkat permasalahan itu berbeda-beda             Secara umum  ada dua kekuatan   yang   menyebabkan timbulnya  perubahan sosial, hal yang pertama adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat.Hal kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun  persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan merekaSeberapa c...

makalah peta dakwah

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang                         Secara perlahan namun pasti, umat manusia menjalin hubungan mesra satu sama lain melalui perantaraan kecanggihan teknologi komunikasi. Sementara politik dan ekonomi secara kasat mata biasanya senantiasa mempertahankan berbagai ’jurang pertentangan’ di antara manusia. Inilah salah satu bentuk dari keajaiban peradaban kontemporer, dimana manusia dapat saling berbagi cerita dari ujung bumi yang satu ke ujung bumi lainnya dalam suatu hitungan sepersekian detik.                         Globalisasi menuntut pengintegrasian seluruh aspek kehidupan manusia di dunia, baik di bidang ekonomi, politik, social dan budaya. Globalisasi sejatinya adalah anak kandung dari kapitalisme. Kapit...

MAKALAH SEJARAH AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA

  PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Agama di dunia ada bermacam-macam yang diturunkan oleh Tuhan sehingga orang bebas memilih mana yang di anut dan di yakininya dan di anggap paling benar, salah satunya adalah agama kong hu cu tetapi sebenarnya khonghucu bukan salah satu agama, tetapi filsafat. Tapi sebagian orang berpendapat bahwa kong hu cu adalah suatu agama. Diantaranya orang tionghoa mereka mempercayai bahwa kong hu cu adalah suatu agama. Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius ) dalam bahasa Tionghoa , istilah aslinya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan dia hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang dia sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu ...

psikologi dakwah

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Dalam masyarakat modern, kedudukan dan peran psikologi dapat dikatakan sebagai sarana efektif berhasil tidaknya tujuan yang diharapkan, baik secara individu maupun secara kelompok, sebab psikologi memberikan suatu petunjuk yang berdasarkan berbagai macam teori tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya ataupun untuk masyarakat.             Di samping itu, psikologi memberikan pula cara-cara bagaimana yang lebih tepat dalam pemecahan masalah-masalah kemanusiaan, baik ia sebagai individu atau sebagai kelompok masyarakat, begitu pula dapat diterapkan dalam masalah agama, khususnya sebagai acuan metodologi dakwah, merupakan suatu yang tidak dapat ditinggalkan.             Dari segi psikologi bahwa dakwah dalam prosesnya dipandang seb...

MAKALAH MEMAHAMI AUDIENS DALAM KOMUNIKASI MASSA

  MEMAHAMI AUDIENS DALAM KOMUNIKASI MASSA A. Latar Belakang Kata audiens menjadi mengemuka ketika diidentikan dengan “receivers” dalam model proses komunikasi massa (source, channel, message, receiver, effect) yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm (1955). Audiens adalah sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa berbagai media atau komponen beserta isinya, seperti pendengar radio atau penonton televisi. Dengan demikian Audiens dapat didefinisikan dalam beberapa aspek: aspek lokasi (seperti dalam kasus media lokal); aspek personal (seperti ketika media dicirikan dengan mengacu pada kelompok usia tertentu, jenis kelamin, keyakinan politik atau pendapatan); aspek jenis media yang dipakai (teknologi dan organisasi gabungan); aspek isi pesan (genre, materi pelajaran, gaya); aspek waktu ('primetime' dan ‘primetime’, penonton dan juga lama menonton). Sebelum media massa ada, audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiata...

MAKALAH OPINI PUBLIK DALAM BINGKAI PSIKOLOGI KOMUNIKASI

  OPINI PUBLIK DALAM BINGKAI PSIKOLOGI KOMUNIKASI A. Latar Belakang Opini adalah ekspresi atau pendapat seseorang atas suatu masalah yang bersifat kontroversial. Publik adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan,tetapi mereka melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi. Alat- alat komunikasi yang digunakan seperti,surat kabar,radio, televisi, ataupun pembicaraan-pembicaraan pribadi yang berantai, sehingga secara umum , opini publik dapat di artikan sebagai pendapat sekelompok orang tentang sesuatu hal yang bersifat kontroversial dan menyangkut kepentingan umum. Pembentukan opini publik sangatv bergantung pada proses komunikasi. Masyarakat memperoleh pengetahuan atau informasi tentang persoalan yang terjadi di masyarakat melalui proses komunikasi. B. Rumusan Masalah 1. Memahami pengertian opini publik ? 2. Memahami proses pembentukan opini publik 3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi opini publik ?        ...

makalah retorika dakwah

Pengertian Da’i Secara Pribadi A.   Latar Belakang        Peran da’I sebagai tokoh masyarakat dalam pembangunan sangat penting, karena posisinya sebaga seorang “ opinion leader ” yaitu orang yang berpengaruh besar dalam mengambil keputusan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam hal ini adalah kesejahteraan untuk individu maupun kelompok.        Dalam lingkungan masyarakat, dibutuhkan peran da‘i   atau tokoh informal yang harus berperan untuk merangkul dan memberikan pemahaman keagamaan terhadap perubahan social masyarakat di desa tersebut. Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Peran Da‘I Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat.        Keberhasilan dakwah akan sangat bergantung kepada bagaimana da’i tersebut berdakwah. Tidak hanya penguasaan materi yang diluar kep...