Media Komunikasi Tradisional Muslim Pedesaan
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud
informasi-informasi, pemikiran-pemikiran, pengetahuan ataupun yang lain-lain.
Karena dalam komunikasi yang penting adalah adanya pengertian bersama dan
membutuhkan pemahaman proses sosial. Bila pesan dapat bermacam-macam jenisnya,
maka media komunikasi dapat bermacam-macam pula, misal: radio, TV, media cetak,
dan media online.
Media
atau saluran, yaitu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator. Ini yang sering disebut sebagai media komunikasi, yaitu: dapat
berwujud media komunikasi cetak dan non cetak, dapat verbal dan non verbal.
Oleh karena itu, manusia sering menggunakan media untuk memudahkan pemahaman
tentang isi pesan dalam komunikasi. Media tradisional, seperti: buku, majalah,
radio, televisi (bahkan dalam media baru), keberadaan pengguna tidak hanya
pasif menerima informasi tetapi juga aktif dalam memproduksi informasi untuk
menyampaikan isi pesan berbagai media kepada orang lain. Pengguna juga tidak
hanya menerima satu informasi sesuai dengan apa yang diproduksi oleh institusi
media yang terkadang juga memuat informasi yang tidak sesuai dengan keinginan
pengguna, tetapi pengguna bisa memilah informasi apa saja yang diinginkan dan
dari sumber yang jumlahnya bisa dikatakan tak terbatas. Juga menurut Monavich ,
sebagai suatu interfaces komputer
tidak hanya medium yang menghubungkan manusia maupun mesin dalam jaringan
informasi di internet semata, tetapi sudah menjadi budaya yang mengatur
bagaimana manusia melakukan koneksi dengan
jaringan informasi atau
berhubungan dengan beragam data di internet. Oleh karena itu,
beragam media komunikasi berfungsi untuk membantu manusia saja, karena manusia
tetap memiliki kebebasan untuk memilih dan memilah pemanfaatan media juga
kecanggihan teknologi.
Manusia memiliki
keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan, baik kepada sesama manusia
maupun makhluk lain (hewan dan tumbuhan) untuk optimalisasi daya-daya. Selain
interaksi, manusia juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan keunikan
identitas (individu maupun sosial) sehingga memiliki perbedaan dengan manusia
lain. Komunikasi yang dilakukan manusia dapat secara langsung maupun tidak
langsung, baik menggunakan media tradisional maupun media modern. Setiap media
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, namun hanya manusia yang
cerdaslah yang mampu untuk meminimalisir dampak negatif dari semua media karena
media hanya sebagai perantara manusia dalam memudahkan berkomunikasi antar
manusia yang memiliki keunikan sebagai pribadi dan keunikan sosial dalam sebuah
kelompok masyarakat.
Kondisi tersebut
akan memberikan peluang bagi manusia untuk cepat beradaptasi dengan perubahan
yang benar-benar memberikan manfaat kebaikan bagi dirinya dan lingkungan.
Dengan kemampuan berkomunikasi maka manusia dapat berdiskusi tentang perubahan
di bidang revolusi industri adalah membantu kemudahan aktivitas manusia bukan
untuk menghilangkan aspek-aspek kemanusiaan. Sehingga identitas personal dan
identitas sosial tetap menjadi keunikan manusia dalam berkomunikasi, yakni dengan menggunakan media tradisional.
Terlihat
dalam kehidupan manusia di masa lalu, usaha manusia yang ingin berkomunikasi
lebih jauh. Dari hal ini penulis ingin menyajkan salah satu bentuk komunikasi
manusia di masa lalu (tradisional), dalam menjalin komunikasi dengan manusia
lain. Bentuk komunikasi yang diangkat dalam tulisan ini adalah kentongan dan bedug.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
dari media ?
2.
Seperti apa
fumgsi media komunikasi tradisional ?
C. Pengertian Media
Kata media berasal
dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium.
Secara etimologi yang berarti alat perantara. Wilbur Schramn mendefinisikan
media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara
lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang
menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide,
dan sebagainya.[1]
D. Media Komunikasi Tradisional
Manusia diciptakan oleh
Allah dengan berbagai
macam latar belakang, baik bahasa, adat, suku, bangsa, dan agama. Maksud
dari keragaman itu adalah agar manusia saling ta’aruf atau saling mengenal.
Keragaman itu indah karena setiap manusia itu unik, setiap adat juga unik,
setiap suku pasti ada keunikannya. Sehingga keharmonisan interaksi antara
manusia ketika menghargai keunikan identitas personal dan identitas sosial.
Fenomena keragaman dan tujuannya disebutkan Allah dalam QS. al-Hujurat, 49: 13,
yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku- suku supaya saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”[2].
Dengan media tradisional memungkinkan manusia saling mengenal antar manusia di
seluruh dunia untuk menebarkan kebaikan serta memenuhi kebutuhan sosialnya dan
“mengenalkan konsep diri personal” manusia.
Komunikasi social mengisyaratkan
bahwa penting membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup,
untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara
lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Melalui komunikasi maka manusia bekerja sama dengan anggota masyarakat
(keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara
secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama dan terciptanya kerukunan
atau keharmonisan sosial.
Komunikasi
ekspresi dapat dilakukan sendirian ataupun kelompok. Tidak otomatis bertujuan
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut
menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) manusia yang
dilakukan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang,
peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat nonverbal. Sehingga
komunikasi ekspresi dibutuhkan untuk memberikan kesan antara pemberi dan
penerima pesan.
Komunikasi ritual
biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut
para antropolog mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun,
pertunangan, siraman, pernikahan, hingga upacara perkawinan. Manusia yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual menegaskan kembali komitmennya
kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, negara, ideologi, ataupun
agamanya meskipun praktiknya sesuai dengan kebiasaannya masing-masing.
Komunikasi instrumental mempunyai
beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah
perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga menghibur. Sehingga tujuannya adalah
membujuk (bersifat persuasif)
dalam arti pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai fakta atau
informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui [3]
Keempat fungsi
tersebut dapat dilakukan manusia dalam aktivitas komunikasi, baik menggunakan
media tradisional sesuai dengan identitas yang ingin ditampilkan.
Kemudian
berdasarkan rentang waktunya, peralatan komunikasi dibedakan menjadi alat
komunikasi masa lalu dan alat komunikasi modern. Alat komunikasi masa lalu masih sangat sederhana dibandingkan
dengan alat komunikasi modern. Peralatannya pun masih menggunakan bahan bahan
alam, seperti kentongan, dan . Berikut adalah media komunikasi yang digunakan
pada masa lalu .
1. Kentongan
Kentongan
ternyata memiliki sejarah panjang, kentongan ternyata memiliki fungsi social
dan religi. Sejarah budaya kentongan sebenarnya dimulai sebenarnya berasal dari
legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan.
Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan ini sebagai alat
komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut dibawa ke China,
Korea, dan Jepang. Kentongan sudah ditemukan sejak awal masehi.
Sedang di
Indonesia tentunya memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai
sejarahnya yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja
Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk
mengumpulkan massa. Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan
Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.
Bahan untuk
membuat kentongan dari banbu atau kayu. Kentongan dari bahan kayu dapat dibuat
berbentuk ikan, tubuh orang, kepala raksasa, dll. Bila dari
pangkal batang kayu atau bambu cenderung kentongan itu kecil. Diameter kayu
akan menentukan besarnya rongga, berarti menetukan keras-lemahnya
suara.
Besar-kecilnya
kentongan yang dipajang atau digantung di bagian depan rumah sangat erat
hubungannya dengan status social dan kekayaan seseorang. Rumah seorang Jagabaya
atau pemuka masyarakat akan terpasang kentongan cukup besar. Kentongan besar
dan indah akan menghiasi rumah adat, rumah joglo, dll.
Bila
pada siang atau malam hari terdengar bunyi kentongan, orang akan memberikan
perhatian padanya sambil dengan seksama menghitung tabuhan (pukulan) yang
akan menyusul. Dari frekuensi pukulan dengan irama yang berbeda untuk setiap
peristiwa, diketahuilah apa yang sedang terjadi dan strategi apakah yang harus
disiagakan untuk menghadapinya. Pada malam hari di pedukuhan-pedukuhan
terpencil para petugas ronda sering menyatakan kehadirannya melalui bunyi
tetekan (kothekan, Jawa). Peronda sering membawa kentongan yang terbuat
dari bambu. Pejabat Pemerintah Desa/Kalurahan di bidang keamanan
(Jagabaya, Jawa) sering membunyikan kentongan tanda aman sekaligus
menyatakan waktu.
Kentongan
dikenal sebagai salah satu sarana komunikasi tradisional. Kentongan digunakan
untuk memberitahu warga atau masyarakat bahwa atau telah terjadi sesuatu.
Tanda digunakan berbeda - beda antara
suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Walaupun terjadi perkembangan
teknologi yang cukup pesat, namun kentongan merupakan sarana komunikasi
tradisional yang masih dapat bertahan sampai saat ini, khususnya di daerah
pedesaan. Kentongan masih digunakan, misalnya dibidang keamanan dipakai
sarana ronda malam. Kentongan juga dipakai sebagai petunjuk waktu misalnya buat masyarakat muslim untuk
membangunkan orang sahur ketika memasuki bulan suci Ramadhan.
2. Bedug
Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug
merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun
lalu. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau
sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi
sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar
ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput
gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah,
tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.
Pada masyarakat muslim, bedug
merupakan salah satu alat pemberitahuan waktu. Bedug juga yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di
Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu shalat. Maka setelah bedug di operasikan atau
diketuk maka kumandang adxan di mesjid pun diserukan.
Meskipun pada saat sekarang media komunikasi tradisional
sudah kalah saing dengan media komunikasi modern, sehingga nilai efektifitas
penggunaan media komunkasi tradisional mengurang, namun tidak sedikit juga
masyarakat di wilayah-wilayah teretntu yang masi memakai atau
mengoperasionalkan alat tersebut demi menjaga serta difungsikan sebagai
penunjang komunikasi di wilayah nya tersebut.
E. Kesimpulan
Manusia memiliki kelebihan dibanding
makhluk lain (hewan dan tumbuhan) karena manusia memiliki akal budi dan
kemampuan berkomunikasi yang menjadikan manusia mampu untuk
senantiasa berkembang ilmu pengetahuannya dan menemukan berbagai teknologi
untuk memudahkan aktivitas kehidupannya, misalnya dalam teknologi komunikasi
adanya media tradisional dan media modern. Dengan teknologi komunikasi, maka
manusia dapat berinteraksi dengan manusia di seluruh penjuru dunia yang telah
memiliki identitas personal dan akan mempengaruhi terbentuknya identitas
sosial. Keragaman identitas menuntut kemampuan adaptasi manusia untuk
berkomunikasi secara sadar dengan memahami fungsi komunikasi adalah untuk
saling mengenal “berkasih sayang” dan melakukan kebaikan untuk mewujudkan
kebutuhan interaksi sosial yang harmonis dan berdiskusi dalam memecahkan
permasalahan. Sehingga komunikasi antar manusia di seluruh dunia, baik
menggunakan media tradisional adalah untuk saling menghargai keragaman
identitas yang artifisial maupun permanen serta sebagai alat menyerukan kebaikan serta kebenaran
untuk merubah perilaku sasaran dakwah ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin,amsul Munir.Ilmu Dakwah.Jakarta:
Amzah.2009.
Harjani.Hefni.Komunikasi Islam.Jakarta: Prenadamedia. 2015.
Deddy.Mulyana.Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar).Bandung: Remaja Rosdakarya.2014.
Comments
Post a Comment