BAB I
A.
Latar Belakang
Kemauan
mempunyai peranan yang penting. Demikianlah pepatah mengatakan : “where
there is will there is a way”, yang artinya di mana ada kemauan tentu ada
jalan. Sejauh-jauh usaha manusia dilakukan, manusia tidak mampu memastikan
berhasil atau tidaknya tujuan yang dicapai. Kemauan adalah dorongan kehendak
yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh
pertimbangan akal budi. Jadi pada kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan
wawasan, di samping juga ada control dan persetujuan dari pusat kepribadian.
Motif
berasal dari bahas latin movere yang berarti bergerak atau to move (Branca,
1964). Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
organism yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.
Motivasi
merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku
kearah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3
aspek yaitu :
1.
Keadaan terdorong dalam diri organisme yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan
misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan
mental seperti berpikir dan ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah
karena keadaan ini.
3. Goal atau tujuan yang dituju
oleh perilaku tersebut.
Konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian motif ?
2. Apa penyebab konflik motif?
BAB II
A.
Pengertian Motif
Motif
berasal dari bahas latin movere yang berarti bergerak atau to move (Branca,
1964). Karena itu motif diartiakan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
organism yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.
Motivasi
merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku
kearah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3
aspek yaitu :
1. Keadaan terdorong dalam diri
organism yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani,
karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berpikir dan
ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah
karena keadaan ini.
3. Goal atau tujuan yang dituju
oleh perilaku tersebut.
Konflik
berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, Tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
1. MOTIF
SEBAGAI INFERENSI,EKSPLANASI DAN PREDIKSI
Suatu hal yang penting berkaitan
dengan motif ini ialah bahwa motif itu tidak dapat diamati secara langsung.
Tetapi motif dapat diketahui atau terinferensi dari perilaku, yaitu apa yang
dikatakan dan apa yang diperbuat oleh seseorang. Dari hal – hal tersebut dapat
diketahui tentang motifnya. Dengan kesimpulan orangmempunyai alat yang baik
untuk mengadakan eksplanasi mengenai perilaku.
Motif juga membantu seseorang untuk
mengadakan prediksi tentang perilaku. Apabila orang dapat menyimpulkan motif
dari perilaku seseorang dan kesimpulan tersebut benar, maka orang dapat
memprediksi tentang apa yang akan diperbuat oleh orang yang bersangkutan dalam
waktu yang akan datang.
2. JENIS-JENIS
MOTIF
a. Motif
Fisiologis
Dorongan atau motif fisiologis pada
umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan untuk makan, dorongan
untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar. Dorongan
– dorongan tersebut adalah berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan untuk
melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Karena itu motif ini juga
sering disebut sebagai motif dasar ( basic motives ) atau motif primer (
primary motives ) karena motif atau dorongan ini berkaitan erat dengan
pertahanan eksistensi kehidupan. Dorongan ( drive ) ini merupakan dorongan atau
motif alami, merupakan motif yang dibawa. Disamping adanya motif yang alami,
juga ada motif yang dipelajari ( Morgan,dkk.1984 ; Woodworth dan Marquis,
1957).
b. Motif
Sosial
Motif sosial merupakan moif yang
kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia.
Dikatakan sosial karena motif ini dipelajari dalam kelompok sosial.
B. FRUSTASI
DAN KONFLIK
Dalam
rangka individu mencapai tujuan kadang-kadang atau justru sering individu
menghadapi kendala, sehingga ada kemungkinan tujuan tersebut tidak dapat
tercapai. Apabila individu tidak mendapat tujuan dan individu tidak dapat
mengerti dengan secara baik mengapa tujuan itu tidak dapat dicapai, maka
individu akan mengalami frustasi atau kecewa. Sumber frutasi
yang merupakan kendala itu dpat bermacam-macam yaitu dari lingkungan, kemampuan
yang ada dalam individu yang tidak sesuai sehingga tidak dapat mencapai tujuan,
konflik antara motif-motif yang ada, dua motif atau lebih yang muncul
berbarengan dan membutuhkan pemenuhan.
1.
Penyebab konflik
a. Perbedaan
individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap manusia adalah individu yang
unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman,
tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik.
b. Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia memiliki perasaan,
pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam
waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan
dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai
kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus
dijaga dan tidak boleh ditebang.
Para petani menbang pohon-pohon
karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang.
Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara
kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan
pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para
buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan
pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta
volume usaha mereka.
c. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan
adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehiodupan masyarakat yang telah ada.
2. Jenis-jenis
konflik
a. Konflik
antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan
dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
b.
Konflik antara kelompok-kelompok
sosial (antar keluarga, antar gank).
c.
Konflik kelompok terorganisir dan
tidak terorganisir (polisi melawan massa).
d.
Koonflik antar satuan nasional
(kampanye, perang saudara)
e.
Konflik antar atau tidak antar
agama
f.
Konflik antar politik.
3. Akibat
konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
a.
meningkatkan solidaritas sesama
anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain
b.
keretakan hubungan antar kelompok
yang bertikai.
c.
perubahan kepribadian pada
individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
d.
kerusakan harta benda dan hilangnya
jiwa manusia.
e.
dominasi bahkan penaklukan salah
satu pihak yang terlibat dalam konflik
C. JENIS
KONFLIK
Sumber
frustasi dapat timbul karena adanya konflik antara beberapa motif yang ad dalam
individu yang bersangkutan. Menurut Kurt Lewin ad tig macam konflik motif yaitu
:
1.
Konflik angguk-angguk
Konflik ini timbul apabila individu
menghadapi dua motif atu lebih yang kesemuanya mempunyai nilai positif bagi
individu yang bersangkutan
2.
Konflik geleng-geleng
Konflik
ini timbul apabil individu menghadapi dua atau lebih motif yang kesemuanya
mempunyai nilai negatif bagi individu yang bersangkutan.
3.
Konflik geleng-angguk
Konflik
ini timbul apabila organisme atau individu menghadapi objek yang mengandung
nilai yang positif tetapi juga menganung nilai yang negatif.
BAB III
A. Penutup
Secara bahasa, kemauan dapat
disamakan dengan kehendak atau hasrat. Secara istilah, kekuatan yang sadar akan
hidup dan menciptakana sesuatu yang berdasarkan perasaan dan pikiran.
Motif berasal dari bahas
latin movere yang berarti bergerak atau to move (Branca, 1964). Karena itu
motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang
mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.
Motivasi merupakan keadaan dalam
diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai 3 aspek yaitu :
1. Keadaan terdorong
dalam diri organisme yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya
kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental
seperti berpikir dan ingatan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini.
3. Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri. Oleh karena itu konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Drs. H.
Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003
http://firmansyam22.blogspot.co.id/2015/11/makalah-gejala-kemauan-konasi.html
Rahmat, Drs.
Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002
Comments
Post a Comment